Contoh Laporan Studi Kasus Ancangan Klinis Trait And Factor | Anak Hiperaktif dan Sering Membuat Gaduh di Kelas

Dalam upaya menjadi seorang konselor yang profesional praktikan dituntut untuk dapat menyelenggarakan studi kasus yang bertujuan untuk memahami siswa sebagai individu dalam penyesuaian diri yang baik dan membantu perkembangan konseli secara optimal.

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Rasional

Masa Anak anak  adalah masa yang penuh dengan permasalahan dan konflik batin yang seringkali terjadi dan kurang bisa terseleaikan dengan baik oleh para anak anak. Studi kasus merupakan salah satu upaya untuk mempelajari siswa dengan menggunakan metode pengumpulan data yang menyeluruh dan mendalam.

Dalam upaya menjadi seorang konselor yang profesional praktikan dituntut untuk dapat menyelenggarakan studi kasus yang bertujuan untuk memahami siswa sebagai individu dalam penyesuaian diri yang baik dan membantu perkembangan konseli secara optimal. Dari data yang diperoleh, praktikan berusaha mengenal dan memahami konseli secara menyeluruh tentang dirinya sendiri maupun dari lingkungan tempat tinggal konseli serta mengupayakan perkembangan secara optimal sesuai dengan kondisi konseli.       

Para tenaga pendidik mengharapkan siswa yang belajar di sekolah dapat berkembang secara optimal, dimana perkembangan tersebut dapat berkembang secara seimbang, berhubungan dengan perkembangan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk itulah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah tidak cukup hanya menekankan proses belajar mengajar tentang mata pelajaran saja, tetapi harus disertai dengan administrasi supervisi serta Bimbingan Konseling. Apabila kegiatan belajar mengajar administrasi pendidikan, serta BK dapat berjalan secara seimbang, maka siswa yang belajar di sekolah dipastikan akan dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan  tenaga pendidik, orang tua, maupun masyarakat.

BK diselenggarakan untuk mengembangkan aspek afektif siswa, yang meliputi kecakapan dalam mengambil keputusan, keuletan dalam melakukan aktivitas,  kecakapan dalam memahami keadaan, kemampuan berinteraksi sosial, dan lain-lain.  Untuk itu salah satu layanan BK yang mendukung tercapainya perkembangan siswa secara optimal adalah menyelenggarakan studi kasus yang bertujuan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang kompleks.

Menurut Hayinah (1992:107-108), studi kasus diartikan sebagai metode menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif, integrative, dan komprehensif dengan tujuan membantu siswa mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Pelaksanaan studi kasus dilakukan dengan mengumpulkan data secara terpadu, bersifat rahasia, secara terus-menerus dan ilmiah, sedangkan data tersebut berasal dari berbagai pihak.

Terpadu berarti menggunakan berbagai pendekatan dan instrumen dalam mengumpulkan data siswa dengan tes maupun non tes. Dengan demikian data siswa yang terkumpul akan diperoleh pemahaman individu yang dimaksud secara mendalam. Individu yang dikenakan dalam studi kasus menunjukkan gejala anak hiperaktif yaitu sering lari-larian di kelas, keluar masuk kelas, tidak mengerjakan tugas. Sehingga dari keadaan ini, siswa tersebut perlu mendapatkan bantuan dari praktikan dalam menyelesaikan masalahnya.

B.     Konfidensialitas    

Untuk menjaga kerahasiaan  identitas konseli dalam menyusun laporan studi kasus ini praktikan menggunakan nama samaran sebagai pengganti nama asli konseli yang dibantu dalam menyelesaikan masalahnya. Sehingga kerahasiaan identitas konseli tetap terjaga. Penyusunan laporan studi kasus sudah atas kesediaan konseli, sehingga  dengan ini konseli tidak merasa dijadikan sebagai percobaan oleh praktikan dalam melakukan studinya.

Penjagaan kerahasiaan dilakukan oleh praktikan atas dasar tuntutan profesi pada kode etik jabatan praktikan tentang perlindungan terhadap kerahasiaan data konseli. Dengan menjaga kerahasiaan konseli, diharapkan praktikan dapat menjaga standart mutu dan dapat menghindari penyimpangan dalam melakukan tugas layanan BK, serta menghindari  kekhawatiran konseli jika identitasnya diketahui pihak lain sehingga dapat menurunkan kepercayaan  pada praktikan.

            Cara menyimpan dan menggunakan informasi mengenai diri konseli, yaitu (ABKIN, 2002):

a.         Catatan tentang diri konseli yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, rekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan konseli Penggunaan data atau info untuk keperluan riset atau pendidikan calon praktikan digunakan sepanjang identitas konseli dirahasiakan.

b.         Penyampaian informasi mengenai konseli kepada kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain, membutuhkan persetujuan konseli.

c.         Penggunaan informasi tentang konseli dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan asalkan untuk kepentingan konseli dan tidak merugikan konseli.

d.        Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

 

Atas dasar tersebut, maka praktikan  dapat mengatur sikap dan perilaku terutama yang berhubungan dengan kerahasiaan ketika menangani konseli dan mengangkat masalah konseli untuk dijadikan studi kasus, yaitu dengan melakukan pemberitahuan dan ijin terlebih dahulu, bahwa kasus konseli akan digunakan dan dijadikan studi kasus.

C. Identifikasi Kasus

1.      Proses menemukan kasus

            Kasus yang dipergunakan dalam laporan studi kasus diperoleh berdasarkan wawancara praktikan dengan konseli, dan guru kelas. Dalam wawancara, pihak-pihak tersebut menyatakan berbagai permasalahan mengenai konseli  kepada praktikan. Praktikan berusaha secara optimal mendengarkan dan memperhatikan secara aktif masalah-masalah yang diungkapkan. Konseli pada awalnya bersifat defensif (tertutup) tetapi setelah beberapa lama konseli dapat bersikap terbuka terhadap praktikan sehingga membantu praktikan untuk mengidentifikasi masalah konseli. Dengan adanya masalah tersebut   praktikan memilih kasus ini untuk dijadikan sebagai subyek laporan studi kasus, hal ini juga telah disepakati oleh konseli, dan menginginkan agar masalahnya dapat teratasi dari kegiatan studi kasus ini.

2.      Identitas Kasus

                        I.        Identitas konseli

a.       Data pribadi

Nama                                 :  Moh. Syahlan (nama samaran)

Nama panggilan                :  Alan

Jenis kelamin                    :  Laki-laki 

Tempat Tanggal Lahir      :  Pamekasan, 01 september 2010

Agama                              :  Islam

Kewarganegaraan             :  Indonesia

Anak ke-                           :  2 dari 2 bersaudara

Bahasa sehari-hari             :  Madura

Hobby                               :  Bermain bola

Cita-cita                            :  Ingin jadi tentara

Alamat                              :  Lebbek, pakong

Sekolah                             :  SDN Tebul Timur II

b.      Keadaan jasmani

Tinggi badan                     :  110 cm

Berat badan                      :  30 kg

Warna kulit                       :  Sawo matang

Warna rambut                   :  Hitam

Raut muka                        :  Manis

c.   Keadaan kesehatan

Penglihatan                       :  Normal

Pendengaran                     :  Normal

Pembicaraan                     :  Normal

Penyakit yang diderita     :  Tidak ada

                     II.        Keadaan keluarga

a.            Ayah

Nama                                :  Mudassir

Umur                                :  42 tahun

Agama                              :  Islam

Pekerjaan                          :  Wiraswasta

Alamat                              :  Lebbek, pakong

Pendidikan                       : SD

b.           Ibu

Nama                                :  Hamimah

Umur                                :   37 tahun

Pekerjaan                          :  Wiraswasta

Alamat                              :  Lebbek, pakong

Pendidikan                       :  SD

 

3.      Gambaran keunikan kasus

a.       Penampilan fisik

Konseli memiliki ciri-ciri fisik badan berisi (mendekati ideal), rambut hitam agak keriting, warna kulit sawo matang dan berjalan tegap.

 

b.      Penampilan Psikis

      Pada saat di interview oleh praktikan konseli tidak banyak bicara jika praktikan tidak memberikan pertanyaan. Sehingga untuk menggali informasi dari diri konseli itu sulit.

 

 

BAB II

GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS

 

A.    Gejala

       Gejala merupakan penjelasan tingkah laku yang tampak serta keterangan lain yang memperkuat teridentifikasi masalah. Setiap orang yang mempunyai masalah akan menampakkan gejala-gejala tertentu, dengan gejala-gejala tersebut dapat diketahui apakah seseorang sedang bermasalah atau tidak. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh praktikan Gajala-gejala yang ada pada diri konseli antara lain :

1.      Larian-larian di kelas

2.      Naik ke atas bangku

3.      Tidak mengerjakan tugas

4.      Keluar masuk kelas

5.      Tidak memerhatikan pelajaran yang sedang disampaikan oleh gurunya

6.      Menulis tidak tuntas

7.      Keluar disaat jam mata pelajaran berlangsung

 

B.     Alasan Pemilihan Kasus

Alasan pemilihan kasus merupakan penjelasan yang memperkuat penentuan kasus diantara sejumlah kasus yang dialami oleh konseli. Alasan-alasan tersebut dapat didasarkan atas prioritas penyelesaian dan kekomplekan kasus. Berdasarkan gejala masalah yang tampak dan melihat gejala yang tampak, praktikan menyimpulkan  bahwa konseli mengalami masalah yang kompleks dan  perlu segera dibantu karena masalah itu akan segera berkembang dan akan berdampak negatif terhadap perkembangan diri konseli. Dengan demikian konseli dapat diharapkan bisa tertolong dan terbebas dari masalahnya yang sedang dihadapi yaitu sering berjalan didalam kelas saat jam pelajaran berlangsung, dan sering mengganggu teman-temannya yang membuat teman-temannya risih terhadapnya.

C.    Ancangan Studi Kasus.

Ancangan yang digunakan oleh praktikan dalam menangani masalah konseli adalah ancangan klinis model Trait and Factor

Tahapan dalam ancangan studi kasus terdiri dari enam tahap yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1.      Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri konseli beserta latar belakangnya. Informasi tentang diri konseli atau data yang dikumpulkan berupa data vertikal dan horizontal. Data vertikal adalah data yang menyangkut diri konseli. Yang terdiri dari data fisik dan psikis. Sedangkan data horizontal adalah data mengenai lingkungan konseli yaitu data tentang keluarga, masyarakat dan sekolah

Tujuan dari tahap analisis adalah bahan untuk memperoleh pemahaman tentang diri konseli atau siswa dalam hubungannya dengan syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri baik untuk masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Untuk itu data tentang diri konseli perlu dikumpulkan, dengan syarat data yang terkumpul harus valid, relevan dan komprehensif (Fauzan, 1994 : 92).

Dalam membuat analisis dapat digunakan alat pengumpul data berupa: Observasi dan wawancara. Alat-alat pengumpul data tersebut akan membantu praktikan  dalam menganalisis masalah yang dihadapi  konseli.

2.      Tahap Sintesis

Sintesis yaitu usaha untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis. Pada tahap ini data yang sudah terkumpul dirangkum dan disusun secara sistematis sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kelebihan dan kekurangan konseli serta kesanggupannya dalam menyesuaikan diri dalam menghadapi masalahnya. Disini akan diperoleh pemahaman diri konseli secara mendalam dan menyeluruh serta memperoleh gambaran masalah yang dihadapi secara jelas. Dari data yang terkumpul dan dengan mengartikan seluruh data yang relevan maka akan diperoleh beberapa rangkuman tentang masalah yang dihadapi konseli.

3.      Tahap Diagnosis

Pada tahap ini ditetapkan penyebab masalah serta masalah yang dihadapinya sehingga diperoleh pemahaman tentang hakikat masalahnya. Oleh karena itu dalam tahap ini ada dua hal yang harus dilakukan untuk dapat melakukan studi kasus secara sempurna, yaitu :

a.    Identifikasi Masalah (menemukan masalah)

            Merupakan tahap membuat deskripsi atau membuat gambaran masalah yang dihadapi konseli.

b.     Etiologi (menemukan sebab-sebab)

Penyebab muncul dan terjadinya masalah ( etiologi ) Pada tahap ini yang dilakukan yaitu mencari faktor penyebab terjadinya masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dimana faktor tersebut dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu :

1)      Faktor intern yaitu faktor  yang berasal dari diri konseli sendiri

2)      Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari sumber selain diri konseli.

4.      Tahap Prognosis

Pada tahap ini yang dilakukan adalah memprediksi kemungkinan yang terjadi oleh konseli jika masalah yang dihadapinya tidak terpecahkan karena tidak mendapat bantuan. Selain itu dalam tahap ini praktikan  dapat meramalkan keadaan konseli jika mendapatkan bantuan dan keadaan konseli jika tidak mendapatkan bantuan dalam menyelesaikan masalahnya.

5.      Treatment

Pemberian bantuan atau treatment dimaksudkan untuk memberikan suatu bantuan kepada konseli agar dapat menghadapi dan mengatasi masalahnya, sehingga dapat mengembangkan potensinya yang ada dalam dirinya secara optimal. Pemberian treatment dapat dilakukan dengan berbagai cara.

6.      Follow-up

Follow-up adalah upaya tindak lanjut untuk membantu konseli dan untuk mengetahui hasil perkembangan yang diperoleh konseli setelah mendapatkan bantuan dari praktikan apakah konseli sudah mencapai perkembangan yang lebih baik atau tidak ada perubahan atau mengalami kemunduran. Apabila bantuan berhasil baik, maka perlu diusahakan atau dijaga agar hasil yang sudah baik itu dapat dipertahankan, sebaliknya bila belum berhasil maka harus ditinjau kembali data mengenai konseli atau data konseli yang telah terkumpul dipelajari lagi. Sangat memungkinkan apabila dalam proses bantuan yang telah diberikan oleh praktikan ada yang perlu diperbaharui, ditambah, atau dihilangkan, dan apabila praktikan merasa keberatan dan tidak mampu maka konseli diharuskan untuk direferal kepada ahli lain yang dipertimbangkan dapat membantu konseli menyelesaikan masalahnya.

 

BAB III

PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN

 

Praktikan menggunakan ancangan klinis dengan model Trait And Faktor yang mempunyai tahap sebagai berikut yaitu Analisis, Sintesis, Diagnosis, Prognosis, Treatment, dan Follow-up. Uraian masing-masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut :

A.    Analisis

Analisis merupakan tahap pengumpulan data dan penyajian data konseli secara terorganisir dengan baik. Data konseli yang terkumpul harus lengkap dan menyeluruh yang cukup biasanya digunakan untuk menggambarkan diri konseli, lingkungan, keluarga, dan masyarakat yang ada disekitar konseli. Dalam data analisis ini praktikan berhasil mengumpulkan berbagai data siswa dengan kartu pribadi, instrument non testing yang meliputi, Observasi dan Wawancara. Dari instrument  yang digunakan oleh praktikan dalam mengumpulkan data konseli tentang siswa dapat dijelaskan pada uraian dibawah ini :

1.         Observasi

Observasi merupakan kegiatan merekam data individu secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat diamati serta dapat diukur. Dalam observasi ini menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek list. Kegiatan observasi dilakukan pada saat jam mata pelajaran sampai jam istirahat. Observasi yang dapat dilakukan praktikan dapat diuraikan pada penjelasan di bawah ini:

 

 

 

Tabel 3.1 daftar check list

No

Pernyataan

Kemunculan (YA)

f1

f2

1

Mencubit teman di kelas

 

 

2

Keluar kelas disaat jam mata pelajaran

 

3

Sering mengganggu temannya bersikap acuh tak acuh

4

Terlambat masuk sekolah

 

 

5

Naik keatas bangku

 

6

Sering berlari di kelas

7

Keluar masuk kelas

 

8

Sering membuat ramai di kelas

9

Sering mencampuri permainan anak lain

 

10

Izin ke guru dan masuk kelas lain

 

11

Mengerjakan tugas tetapi tidak sampai selesai

 

12

Menulis tidak tuntas

13

Tidak memerhatikan pelajaran yang sedang disampaikan oleh gurunya

14

Tidak mengerjakan tugas

 

15

Keluar kelas tanpa izin

 

 

16

Mencatat materi yang di tulis guru di papan tulis

 

 

17

Duduk tenang dalam kelas

 

 

 

Jumlah

10

7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diket       :                   f1 =  10                        n = 17                 

                                                f2 =  7                          k = 

Kesimpulan

Prediktor :       - 100%-76% : sangat baik

- 75% - 56%    : baik

- 55% - 26%    : cukup baik

- 25% - 1%      : kurang baik

Dari hasil perhitungan  prosentase kemunculan gejala perilaku yang dilakukan terhadap siswa yang bernama alan (disamarkan) kelas  3 SDN Tebul Timur II adalah sebesar 50%, maka dapat disimpulkan  bahwa siswa tersebut berkategori Cukup Baik dalam kebiasaan berperilaku saat dikelasnya.

2.    Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung. Wawancara untuk mengumpulkan data konseli ini dilakukan oleh praktikan sendiri dengan Konseli dan Walikelas.

                       a.          Wawancara dengan Konseli

Wawancara dengan konseli dilakukan pada tanggal 02 April 2019 dilaksanakan di kelas pada saat jam mata pelajaran kedua yaitu mulai jam 10.00-10.30 WIB. Hasil wawancara dengan konseli yaitu: konseli merupakan anak kedua dari dua bersaudara, konseli mempunyai kakak, hobi konseli main bola, kalau dirumah konseli menonton TV dan main game, cita-citanya ingin jadi tentara, konseli lahir di jawa dan waktu sebelum masuk ke SDN Tebul Timur II konseli pindah ke Madura bertempat di desa Lebbek kecamatan Pakong. konseli kalau pergi ke sekolah diantar oleh bibinya, kalau habis pulang sekolah bermain sama temannya dan pergi memancing ikan lalu pulang dan bersiap-siap untuk sekolah madrasah. Kedua orang tua  konseli pergi merantau ke Malaysia pada saat konseli masih menginjak kelas 2 SD, pada waktu kelas 1 SD konseli diantar oleh ibunya sendiri dan sekarang konseli tinggal sama bibi dan pamannya juga kakaknya.

                        b.        Wawancara dengan Guru Kelas

Wawancara dengan guru kelas dilaksanakan pada tanggal 02 April 2019 di kantor sekolah sekitar jam 11.00 -11.30 WIB Hasil wawancara dengan guru kelas yaitu: perilaku konseli sehari-hari di sekolah sering keluar masuk kelas, mengganggu temannya, tidak mengerjakan tugas, membuat gaduh dikelas, tidak memerhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya, alan rajin masuk sekolah tapi terkadang datang terlambat. Dan konseli pernah mendapatkan sanksi berdiri di depan kelas. Konseli pernah mengambil uang temannya dan ditukar dengan uang mainan. Dalam hal penyampaian materi kepada muridnya guru menjelaskan sampai murid itu benar-benar mengerti terhadap materi yang disampaikan lalu memberikan tugas. Mengenai mengerjakan tugas konseli meskipun sudah dimarahi oleh gurunya tetap tidak mengerjakan tugas. Guru menyatakan bahwa konseli ini adalah anak yang kurang sopan, ngeyel, meskipun didepan gurunya kakinya diangkat keatas bangku.

B.     Sintesis

Sintesis adalah usaha merangkum, menggolong-golongkan dan menghubung-hubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis sehingga dapat diperoleh gambaran konseli secara menyeluruh. Rumusan diri konseli dalam sintesis ini bersifat ringkas dan padat (Fauzan, 1994:142). Data tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri Konseli . Rangkuman data tentang diri Konseli dalam sintesis ini bersifat padat dan ringkas. Dalam tahap ini juga tercantum tentang kelemahan/kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh Konseli, kemampuan menyesuaikan diri terhadap masalahnya.

Data yang berhasil dilakukan oleh praktikan dengan mengaitkan seluruh data yang relevan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1)      Konseli merupakan anak yang tidak bisa diam di kelas, sering keluar  kelas dan masuk ke kelas lain, sering tidak mengerjakan tugas dan tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya.

Berdasarkan  informasi yang telah diperoleh diatas dapat dikatakan bahwa konseli mempunyai masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu konseli memerlukan bentuan sesegera mungkin, sehingga konseli dapat berkembang dengan optimal. Untuk itu praktikan berusaha untuk membantu menyelesaikan masalah konseli.

C.    Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah untuk mencari, menemukan, menetapkan, dan menentukan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah yang dihahapi Konseli selama ini. Tahap diagnosis ini terbagi menjadi 2 (dua) langkah yaitu:

a.       Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan kegiatan untuk mengidentifikasikan atau menemukan permasalahan yang dihadapi Konseli. Dari data yang praktikan kumpulkan, maka dapat diambil suatu diagnosis bahwa Konseli saat ini mempunyai masalah yaitu ; anak yang hiperaktif

b.      Menemukan Sumber Penyebab Masalah ( Etiologi)

Dalam kegiatan ini praktikan berusaha untuk menemukan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah yang dialami Konseli. Berdasarkan data yang sudah praktikan dapatkan. Faktor penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut :

1.    Faktor Internal

Faktor penyebab timbulnya masalah yang dihadapi Konseli antara lain  :

Konseli keasyikan bermain dibandingkan mengerjakan tugas.

2.    Faktor Eksternal

Faktor dari luar diri konseli yang menjadi penyebab timbulnya masalah antara lain:

a.       Bergaul dengan teman yang bukan sebayanya (lebih dewasa)

b.      Kurangnya kasih sayang dan dukungan dari orang tua.

D.    Prognosis

Dari beberapa masalah yang Konseli hadapi ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah-masalah ini diselesaikan dan tidak diselesaikan. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila Konseli tidak segera dibantu antara lain :

1.      Bila tidak terselesaikan :

a.  Konseli tidak akan berkembang dengan baik.

b.  Konseli akan terus-menerus melakukan sikap yang tidak baik di dalam kelas.

c.  Akan menjadi kebiasaan terhadap diri konseli.

2.     Kemungkinan yang terjadi, apabila masalah konseli dapat segera  teratasi:

a.       Konseli akan disenangi guru dan teman-temannya karena sudah tidak menggaggu teman yang lainnya.

b.      Konseli akan menjadi pribadi yang lebih baik.

 

E.     TREATMENT

Treatment adalah membantu konseli untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dan masyarakat guna membantu konseli mencapai penyesuaian yang optimal. Tahap ini akan diuraikan pada bab berikutnya.

 

BAB IV

USAHA BANTUAN (TREATMENT)

 

Usaha pemberian bantuan atau treatment merupakan inti dari kegiatan studi kasus. Tahap ini merupakan usaha untuk mengentaskan masalah Konseli dengan memberikan beberapa alternatif  bantuan. Adapun usaha bantuan   meliputi :

1.    Usaha bantuan yang direncanakan

2.    Usaha bantuan yang dilaksanakan

3.    Usaha bantuan yang tidak dilaksanakan

4.    Usaha tindak lanjut (follow-up)

A.          USAHA BANTUAN YANG DIRENCANAKAN

Adapun bantuan yang direncanakan dalam uasaha membantu memecahkan masalah konseli  adalah :

1.      Pemberian token ekonomi

Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan. Token itu dikumpulkan dan dipertukarkan dengan suatu objek atau kehormatan yang penuh arti.

2.      Mendiskusikan dengan guru bidang study

Metode mengajar pada saat kegiatan belajar membuat bosan dan menjadi hal yang tidak disukai oleh konseli sebagian besar metode mengajar yang kurang disukai oleh konseli adalah metode ceramah. Suasana belajar yang menyenangkan akan sangat membantu konseli dalam rangka memudahkan untuk menerima pelajaran misalnya dengan metode permainan atau metode belajar yang melibatkan partisipasi konseli sehingga suasana kelas dapat kondusif dan konseli dapat lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar , begitu juga sebaliknya. Suasana belajar yang sangat tidak kondusif sangat mengganggu dalam proses penerimaan materi pelajaran.

Disukusi dengan guru pelajaran terkait dengan metode mengajar yang sering diterapkan dalam mengajar sisiwa-siswi dikelas dan membicarakan masalah konseli, dengan harapan guru pengajar dapat memahami dan membantu memberikan solusi terkati dengan metode mengajar yang cocok dengan karakteristik siswa khususnya konseli.

3.      Mendiskusikan dengan wali kelas

Wali kelas adalah orang yang dapat diajak bekerjasama untuk menyelesaikan masalah siswa kelas binaannya, dengan mendiskusikan bersama-sama walikelas maka masalah konseli dapat memberikan informasi mengenai konseli dan keluarga konseli, berhubung orang tua konseli sering berkomunikasi dengan walikelas.

4.      Pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam bergaul

Layanan informasi merupakan salah satu jenis layanan dari kegiatan bimbingan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada peserta didik (siswa) yang bertujuan agar peserta didik memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya, dan diharapkan konseli dapat menyesuiakan diri dengan lingkungan sekitarnya.  Pemberian informasi diberikan pada saat konseli mengobrol (sharing) dengan praktikan.

Tujuan dari pemberian informasi adalah agar konseli dapat belajar dengan baik di dalam kelas sehingga konseli bisa melakukan proses belajar tanpa berjalan-jalan di dalam kelas, konseli tidak lagi mengganggu teman-temannya sehingga konseli bisa bergaul dengan baik dengan teman sebaya maupun teman-teman lainnya. Selain itu konseli dapat mengetahui dan lebih memahami bagaiman etika sebagai pelajar dan etika bergaul dengan teman-temannya dan lingkungan sekitarnya.

B.           USAHA BANTUAN YANG DILAKSANAKAN

Adapun bantuan yang dapat dilaksanakan praktikan adalah :

1.      Pemberian token ekonomi

Token ekonomi merupakan salah satu tekhnik dalam pendekatan behaviorisme dimana token ekonomi adalah suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilau yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda).

Tujuan utama praktikan menggunakan teknik token ekonomi adalah meningkatkan kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui penghargaan yang kongkrit sehingga tingkat kesenangan siswa melakukan pengurangan terhadap perilaku yang selama ini tidak baik benar-benar akan tampak.

Kegiatan ini praktikan dilaksanakan selama 2 (dua) kali pertemuan, yaitu pada tanggal 24 april 2019 dan 30 april 2019. Dalam kegiatan ini praktikan berusaha membantu konseli untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang konseli hadapi. Melalui token ekonomi ini praktikan membantu untuk menyadarkan konseli terhadap masalahnya dan membuat perencanaan untuk menyelesaikannya, serta membuat komitmen agar konseli bertanggung jawab terhadap rencananya, perencanaan untuk masa depan, menetapkan tujuan yang akan dicapai, memprioritaskan tugas-tugas dan juga memantau waktu-waktu yang telah dialokasikan sehingga dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan tempo waktu yang ditentukan.

Dalam pelaksanaan token  ekonomi tersebut praktikkan menjelaskan bagaimana konseli dapat memperoleh token sesuai dengan ketentuan yang sudah di diskusikan sebelumnya. Praktikan menggunakan permen untuk di jadikan token. Karena permasalahan konseli yaitu sering lari-larian di kelas saat jam pelajaran berlangsung, maka praktikkan memberi kesempatan kepada konseli selama 3 hari. Jika konseli bisa mengurangi bahkan tidak lari-larian didalam kelas saat jam pelajaran berlangsung minimal 2x mata pelajaran setiap harinya, maka praktikan akan memberikan hadiah sebagai suatu penghargaan atas usaha perubahan yang dilakukan konseli. Dari hasil melakukan token ekonomi tersebut konseli berhasil melakukan apa yang direncanakan praktikan dalam 3 hari ke depan, konseli berhasil tidak lari-larian di kelas saat jam pelajaran berlangsung meskipun terkadang pergi menghampiri salah satu temannya setelah itu balik lagi ke bangkunya.

C.          USAHA BANTUAN YANG TIDAK TERLAKSANA

Dari beberapa rencana yang telah disusun, ternyata ada kegiatan yang belum dilaksanakan oleh praktikan untuk membantu konseli. Kegiatan yang tidak terlaksana yaitu :

1.      Mendiskusikan dengan guru bidang study

Metode mengajar pada saat kegiatan belajar membuat bosan dan menjadi hal yang tidak disukai oleh konseli sebagian besar metode mengajar yang kurang disukai oleh konseli adalah metode ceramah. Suasana belajar yang menyenangkan akan sangat membantu konseli dalam rangka memudahkan untuk menerima pelajaran misalnya dengan metode permainan atau metode belajar yang melibatkan partisipasi konseli sehingga suasana kelas dapat kondusif dan konseli dapat lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar , begitu juga sebaliknya. Suasana belajar yang sangat tidak kondusif sangat mengganggu dalam proses penerimaan materi pelajaran.

Diskusi dengan guru pelajaran terkait dengan metode mengajar yang sering diterapkan dalam mengajar sisiwa-siswi dikelas dan membicarakan masalah konseli, dengan harapan guru pengajar dapat memahami dan membantu memberikan solusi terkati dengan metode mengajar yang cocok dengan karakteristik siswa khususnya konseli.

2.      Mendiskusikan dengan wali kelas

Wali kelas adalah orang yang dapat diajak bekerjasama untuk menyelesaikan masalah siswa kelas binaannya, dengan mendiskusikan bersama-sama walikelas maka masalah konseli dapat memberikan informasi mengenai konseli dan keluarga konseli, berhubung orang tua konseli sering berkomunikasi dengan walikelas.

3.      Pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam bergaul

Kegiatan ini tidak dapat dilakukan oleh praktikan karena keterbatasan waktu di sekolah dan juga keterbatasan waktu praktikkan sendiri sehingga tidak sempat menyiapkan materi tentang etika sebagai pelajar dan etika dalam bergaul. Oleh karena itu praktikan tidak melakukan ini dikarenakan takut tidak maksimal dalam pemberian informasi kepada konseli.

D.      USAHA TINDAK LANJUT ( FOLLOW-UP)

Usaha tindak lanjut merupakan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada konseli dan akan merencanakan bentuk bantuan yang lain apabila bantuan yang sebelumnya tidak sesuai. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan usaha bantuan yang telah diberikan, maka praktikan mengikuti perkembangan konseli dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

Referal Pada Guru Kelas

Praktikan melakukan referal pada guru  kelas yaitu dengan kegiatan ini dilakukan pada tanggal 30 april 2019 dengan menyampaikan hasil yang diperoleh oleh praktikan, yaitu bahwa konseli mengurangi perilakunya yang lari-larian didalam kelas dan tidak naik bangku. Praktikan melakukan referal pada guru kelas karena guru kelas sudah mengerti dan banyak tahu mengenai kasus-kasus konseli. Alasan praktikan melakukan referal yaitu ; keterbatasan waktu praktikan karena takut bentrok dengan kuliah.

 

BAB V

ANALISIS DAN BAHASAN

 

Kegiatan analisis dan bahasan merupakan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana usaha-usaha yang dilakukan praktikan kepada konseli mencapai taraf keberhasilan atau tercapai tujuan dari diagnosis dan mengetahui kegagalan yang dikarenakan berbagai hambatan yang terjadi. Adapun kegiatan tersebut adalah :

A.    ANALISIS

Dalam analisis ini dimaksudkan untuk menguraikan tujuan studi kasus yang telah dilaksanakan dan direncanakan. Secara umum tujuan dari pelaksanaan studi kasus ini telah tercapai namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Ketercapaian tujuan tersebut nampak dari usaha konseli melaksanakan alternatif pemecahan masalah yang telah direncanakan oleh konseli dan praktikan.

   Studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari individu secara intensif dan integratif dengan tujuan untuk membantu individu dalam mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Pelaksanaan studi kasus dengan mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia dan dikerjakan secara teratur (kontinu). Studi kasus sendiri merupakan metode pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh berarti data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu. Sedangkan terpadu artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Dengan demikian dari data yang terkumpul akan diperoleh pemahaman individu yang digunakan dalam studi kasus untuk menunjukkan gejala konseli yang mengalami kesulitan atau masalah serius, sehingga membutuhkan bantuan secepatnya.

 

Tujuan dari diadakannya studi kasus adalah Secara umum, telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah, 1991/1992: 107).

 

Ancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ancangan klinis model Trait and Factor. Pendekatan ini terdiri dari enam tahap yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow-up. Secara umum praktikan sudah melaksanakan tahap-tahap tersebut dalam membantu menyelesaikan permasalahan konseli. Namun, praktikan juga menemui hambatan-hambatan baik dari konseli maupun dari luar diri konseli. Adapun hambatan yang ditemui praktikan tidak terlalu mengganggu proses pemberian bantuan kepada konseli. pemberian bantuan ini meliputi, melakukan token ekonomi.

Secara umum tujuan dari pelaksanaan studi kasus ini telah mencapai sasaran, terbukti dengan tercapainya penyelesaian masalah yang dialami oleh konseli. Konseli yang semula sering mengganggu teman-temannya dan lari-larian dikelas saat jam pelajaran berlangsung, secara perlahan konseli mulai menampakkan perubahannya lebih baik.

Adapun pelaksanaan kegiatan analisis berdasarkan tahap-tahap dalam ancangan klinis model Trait and Factor, antara lain:

1.      Tahap Analisis

Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri konseli beserta latar belakangnya. Pelaksanaan kegiatan analisis ini dapat terlaksana dengan baik, meskipun saat melakukannya banyak hambatan yang ditemui praktikan. Faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan analisis adalah pada saat melakukan wawancara kepada konseli, praktikan merasa kesulitan ketika apa yang disampaikan konseli tidak sesuai dengan kenyataannya. Sedangkan faktor pendukung dari pelaksanaan kegiatan analisis yaitu sikap konseli yang pada akhirnya terbuka terhadap praktikan, sehingga praktikan tidak kesulitan untuk menggali informasi dari konseli. Dalam analisis tentang diri konseli, praktikan menggunakan beberapa data penunjang yaitu, Wawancara dan Observasi.

2.      Tahap Sintesis

Sintesis adalah usaha untuk menggolong-golongkan, mengelompokkan, merangkum data, menyusun data tentang diri konseli secara ringkas, padat dan komprehensif sehingga akan menunjukkan gambaran secara jelas tentang diri konseli yang sebenarnya. Dari hasil sintesis dapat diketahui bahwa :

a)        Lari-larian di kelas pada saat jam mata pelajaran

b)        Naik keatas bangku

c)        Membuat ramai/gaduh di kelas

Faktor penghambat yang ditemui praktikan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah praktikan masih kurang dalam hal minimnya waktu yang dimiliki oleh praktikan, sehingga masalah konseli yang dirangkum oleh praktikan masih belum sistematis. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu praktikan mendapatkan informasi yang cukup tentang konseli baik gambaran dirinya secara umum maupun tentang masalah yang sedang dihadapinya.

3.      Tahap Diagnosis

Diagnosis merupakan tahap untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi konseli beserta sebab-sebabnya dan membuat perkiraan kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami konseli berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi konseli saat ini. Dalam diagnosis terdapat dua macam langkah yaitu identifikasi masalah (masalah pribadi, dan penyesuaian dengan teman-teman di sekolahnya) dan etiologi/penemuan sebab-sebab masalah (faktor intern dan faktor ekstern).

Selama pelaksanaan kegiatan ini faktor yang mendukung yaitu praktikan dapat segera mengetahui hakikat masalah serta penyebab masalah yang dihadapi konseli, karena adanya bantuan data pribadi siswa yang telah diisi. Selama melakukan kegiatan ini tidak ada hambatan berarti yang ditemui praktikan.

4.      Tahap Prognosis

Pada tahap prognosis yang dilakukan adalah memprediksi kemungkinan-kemungkinan apa yang akan dihadapi konseli jika masalahnya tidak segera mendapat bantuan. Praktikan melakukan prognosis terhadap masalah konseli setelah melakukan diagnosis masalah terlebih dahulu.

5.      Tahap Treatment

Treatment merupakan tahap pengupayaan pemberian bantuan terhadap masalah yang dihadapi konseli yang dijadikan kasus. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara lain usaha bantuan yang direncanakan, usaha bantuan yang dapat dilaksanakan, usaha bantuan yang belum dapat dilaksanakan, dan usaha tindak lanjut (follow-up). Usaha bantuan yang direncanakan oleh praktikan adalah pemberian teknik token ekonomi, mendiskusikan dengan guru bidang study, mendiskusikan dengan wali kelas, pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam  bergaul. Bantuan yang dapat dilaksanakan adalah pemberian teknik token ekonomi. Sedangkan untuk usaha bantuan yang belum dapat dilaksanakan yaitu mendiskusikan dengan guru bidang study, mendiskusikan dengan wali kelas, pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam  bergaul. Untuk mengetahui keberhasilan dari pemberian bantuan, praktikan melakukan kegiatan follow-up  atau usaha tindak lanjut. Usaha ini dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan referal pada guru kelas

Faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki praktikan dan konseli, sehingga frekuensi untuk bertemu cenderung hanya sebentar. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu praktikan dapat menyelesaikan semua usaha bantuan yang telah direncanakan.

Faktor yang mendukung  pelaksanaan studi kasus adalah kesukarelaan konseli dalam mengungkapkan permasalahannya serta kepercayaan yang diberikan konseli kepada praktikan untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah ini. Sikap konseli yang mau  terbuka dan mau menerima masukan dari hasil pertemuan yang membantu praktikan dan konseli dalam mencari alternatif pemecahan masalah.

 

B.     BAHASAN

Bahasan merupakan penjelasan dari sudut teori tentang hasil analisis, baik usaha bantuan yang tercapai maupun yang tidak tercapai. Selain itu juga memuat pendapat praktikan tentang kegiatan yang telah dilakukan selama menyelesaikan studi kasus. Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam studi kasus ini telah sesuai dengan teori bahwa untuk mengenal dan memahami keadaan individu yang bermasalah dilakukan dengan pengumpulan data (Hidayah, 1991). Kenyataan yang ada di lapangan bahwa dengan mengadakan analisis dalam penyelidikan kasus memang sangat efektif karena dapat diperoleh informasi secara jelas tentang diri konseli di mana informasi yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Berpijak dari teori di atas maka praktikan telah melakukan pengumpulan data konseli terlebih dahulu, data-data tersebut dikumpulkan baik berasal dari konseli sendiri maupun berasal dari orang-orang di sekitar lingkungan konseli. Dari data yang telah terkumpul maka dapat diketahui secara jelas tentang diri konseli.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang hasil analisis dengan uraian berlatar belakang teori. Oleh karena itu, jika pijakan utama sudut teori dalam kejadian yang dianalisis maka tampak secara nyata kesenjangan atau ketidaksesuaian.

Dalam penyusunan studi kasus ini, praktikan menggunakan ancangan klinis model Trait and Factor. Ancangan klinis model Trait and Factor berlandaskan pada individu sebagai personal, suatu pandangan yang menganggap individu sebagai personal, suatu pandangan yang menganggap individu sebagai suatu totalitas berbagai aspek pribadi yang seluruhnya perlu dikembangkan melalui pendidikan. Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya yaitu analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow-up. Dengan ancangan Trait and Factor ini sangat membantu dan mempermudah praktikan dalam melaksanakan studi kasus yakni keterlaksanaan tugas dan ketercapaian tujuan.

Tujuan dari studi kasus adalah memahami siswa sebagai individu dalam menyesuaikan diri yang lebih baik, sehingga kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam studi kasus ini telah sesuai dengan teori, yaitu membantu siswa untuk menyesuaikan diri yang lebih baik sehingga kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Untuk bisa membantu konseli dalam studi kasus ini praktikan menggunakan beberapa pendekatan dalam rangka mengumpulkan data konseli guna membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Data yang telah terkumpul diinterpretasikan dan didiagnosis sesuai dengan kasus konseli. Dengan demikian, dari data yang terkumpul akan diperoleh pemahaman individu. Kemudian praktikan mencari alternatif bantuan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun pelaksanaan kegiatan bahasan berdasarkan tahap-tahap dalam ancangan klinis model Trait and Factor, antara lain:

1.      Tahap Analisis

Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri konseli beserta latar belakangnya. Semua kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat terlaksana dengan baik. Adapun kegiatan yang tercapai dalam pelaksanaan analisis ini yaitu observasi, wawancara  dengan konseli pada tanggal 02 April 2019 wawancara dengan guru kelas pada tanggal 02 April 2019  Menurut praktikan proses pelaksanaan kegiatan analisis ini berlangsung cukup lama, sedangkan waktu yang dimiliki praktikan sendiri sangatlah minim. Akibatnya praktikan harus dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar proses analisis dapat selesai tepat pada waktunya.

2.      Tahap Sintesis

Sintesis adalah usaha untuk menggolong-golongkan, mengelompokkan, merangkum data, menyusun data tentang diri konseli secara ringkas, padat dan komprehensif sehingga akan menunjukkan gambaran secara jelas tentang diri konseli yang sebenarnya. Dari hasil sintesis dapat diketahui bahwa konseli berasal dari keluarga yang cukup, konseli memiliki pribadi yang keras kepala.

Kegiatan sintesis dapat dilaksanakan oleh praktikan berdasarkan data yang telah terhimpun dalam kegiatan analisis. Menurut praktikan, kegiatan sintesis dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada kerjasama yang baik pula antara praktikan dan konseli serta pihak-pihak lain yang terkait di dalamnya. Jika praktikan tidak melakukan hal ini maka data-data yang diperoleh terkait dengan masalah konseli akan sangat kurang dan dimungkinkan tidak akan dapat dirangkum atau dikelompokkan. Oleh karena itu, data yang diperoleh dalam sintesis harus benar padat dan komprehensif agar dapat menunjukkan gambaran masalah konseli secara jelas.

3.      Tahap Diagnosis

Diagnosis merupakan tahap untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi konseli beserta sebab-sebabnya dan membuat perkiraan kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami konseli berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi konseli saat ini. Dalam diagnosis terdapat dua macam langkah yaitu identifikasi masalah (masalah pribadi, dan masalah penyesuaian dengan teman-teman di sekolahnya) dan etiologi/penemuan sebab-sebab masalah (faktor intern dan faktor ekstern).

Kegiatan diagnosis dilaksanakan berdasarkan data-data masalah konseli yang kemudian ditetapkan menjadi hakikat masalah dan sebab-sebab masalahnya. Dengan kata lain, semua data tentang diri konseli dan masalah yang dialaminya harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.

4.      Tahap Prognosis

   Pada tahap prognosis yang dilakukan adalah memprediksi kemungkinan apa yang akan dihadapi konseli jika masalahnya tidak segera mendapat bantuan. Praktikan melakukan prognosis terhadap masalah konseli setelah melakukan diagnosis masalah terlebih dahulu. Kegiatan prognosis dapat dilaksanakan oleh praktikan meskipun praktikan sempat kesulitan menentukan/memprediksikan kemungkinan apa yang akan dihadapi konseli jika masalahnya tidak dapat diatasi, namun praktikan praktikan menyesuaikan kemungkinan yang akan terjadi tersebut dengan melihat masalah yang dialami konseli. Menurut praktikan, kegiatan prognosis bukan sekedar memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saja, tapi juga harus mempertimbangkan dampak-dampaknya terhadap diri konseli.

5.      Tahap Treatment

Treatment merupakan tahap pengupayaan pemberian bantuan terhadap masalah yang dihadapi konseli yang dijadikan kasus. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara lain usaha bantuan yang direncanakan, usaha bantuan yang dapat dilaksanakan, usaha bantuan yang belum dapat dilaksanakan, dan usaha tindak lanjut (follow-up). Usaha bantuan yang direncanakan oleh praktikan adalah melakukan teknik token ekonomi, mendiskusikan dengan wali kelas, pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam  bergaul. Bantuan yang dapat dilaksanakan adalah melakukan teknik token ekonomi. Sedangkan untuk usaha bantuan yang belum dapat dilaksanakan yaitu pemberian informasi mengenai etika sebagai pelajar dan etika dalam  bergaul. Untuk mengetahui keberhasilan dari pemberian bantuan, praktikan melakukan kegiatan follow-up  atau usaha tindak lanjut. Usaha ini dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan referal pada Wali kelas.

Menurut praktikan, kegiatan treatment (usaha pemberian bantuan) ini merupakan bagian yang terpenting dari suksesnya pelaksanaan studi kasus, karena berhasil tidaknya pelaksanaan studi kasus tergantung dari usaha bantuan yang diberikan kepada konseli. Oleh karena itu, apabila usaha bantuan yang telah diberikan kepada konseli belum sepenuhnya berhasil maka praktikan harus mencoba alternatif lain hingga akhirnya masalah yang dialami konseli benar-benar menemukan titik terang. 

 

BAB VI

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Studi kasus merupakan suatu metode untuk penyelidikan atau mempelajari individu secara intensif, integrative, dan komprehensif dengan tujuan membantu siswa atau individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Masalah konseli yang dijadikan sebagai studi kasus berawal dari pengamatan praktikan yang menyimpulkan bahwa konseli mempunyai masalah. Selain hasil dari pengamatan, informasi tentang masalah konseli didukung oleh data-data yang lain, yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi wawancara dengan guru dan konseli, dan observasi. Setelah data terkumpul, praktikan menyimpulkan masalah konseli yaitu konseli mempunyai masalah pribadi, masalah belajar, masalah penyesuaian terhadap sekolah, dan masalah penyesuaian dengan teman-teman sekelas.

Dalam penyelidikan kasus ini praktikan menggunakan ancangan klinis dengan model Trait and Factor. Ancangan ini terdiri dari enam tahap yaitu tahap Analisis, Sintesis, Diagnosis, Prognosis, Treatment dan Follow-up. Usaha bantuan yang direncanakan teknik token economy. Hambatan yang dirasakan praktikan selama melakukan studi kasus ini berkaitan dengan kurangnya penguasaan praktikan dalam menerapkan  ancangan yang dipakai di lapangan, namun praktikan berusaha untuk melaksanakan tahap-tahap tersebut dengan sebaik-baiknya. Setelah memberikan usaha bantuan kepada konseli dan untuk mengetahui perkembangan masalah konseli, maka praktikan melakukan usaha tindak lanjut yang berupa kegiatan observasi dan  wawancara lanjutan dengan konseli dan teman-teman konseli.

 

B.     Saran

Adapun saran-saran yang dapat praktikan kemukakan dalam studi kasus ini adalah :

1.    Bagi praktikan

a.         Peningkatan kerajasama dengan guru-guru bidang studi atau wali kelas, yang sedikit banyak dapat memberikan kontribusi dalam munculnya masalah siswa dan dalam hal membantu siswa untuk menyelesaikan masalahnya.

b.         Praktikan hendaknya memahami lebih mendalami ancangan  Trait and Factor dan berusaha untuk menerapkan dalam lapangan sesuai dengan kaidah-kaidah atau teori yang berlaku.

c.         Praktikan memperbanyak usaha bantuan yang direncanakan supaya alternatif yang diambil oleh konseli lebih banyak dan bervariasi, dan diharapakan  dapat  mempermudah konseli dalam menyelesaikan masalahnya.

2.    Bagi guru

a.         Peranan guru di dalam sekolah janganlah hanya sebagai penyampai materi semata, tetapi guru juga harus dapat bersikap sebagai pendidik, yang memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai ketrampilan hidup yang sedikit banyak sangat membantu dalam kehidupan sosial masyarakat. Guru juga harus dapat bersikap sebagai teman kepada siswa yang dapat diajak untuk berdiskusi dan untuk dimintai pertimbangan oleh siswa.

b.         Dalam proses pembelajaran guru jangan hanya mementingkan terselesainya pemberia materi, tetapi guru juga harus bisa menyesuaikan dan memahami karakters siswa.

3.    Bagi  Wali kelas

Masalah praktikan belum selesai, untuk itu dimohon pada walikelas untuk menindaklanjuti masalah praktikan.

4.    Bagi konseli

Konseli diharapkan melaksanakan hal-hal yang positif yang telah konseli sampaikan tersebut sampai seterusnya, tidak hanya saat berada dalam bimbingan praktikan. Dengan begitu konseli akan menjalani proses perkembangan di masa remajanya ini dengan baik, dan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin. Konseli juga harus menyadari bahwa dirinya sangat berharga, baik bagi keluarga, teman-teman, maupun lingkungan sekitarnya.

5.    Bagi calon praktikan

a.         Calon paktikan hendaknya memahami secara mendalam mengenai teknik dasar komunikasi, teknik-teknik konseling, dan ancangan Trait and Factor.

b.         Menyiapkan diri, baik fisik maupun fsikis agar pada saat berhadapan dengan permasalahan siswa secara langsung dapat cepat menyesuaikan diri dan tidak terkejut dengan kondisi yang sebenarnya.

DAFTAR RUJUKAN

 

ABKIN. 2002. Kode Etik Konselor Indonesia: Hasil Rakernas. Malang: PB-ABKIN

Bisri, dkk 2005. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan. Bidang studi Bimbingan dan Koseling. Malang: Negeri Malang

Hayinah. 1991/1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. IKIP Malang : Proyek OPF

Fauzan, dkk. 1994. Pendekatan-pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Emas

 

 

 

LAMPIRAN

 

Pedoman Observasi                        

A.    Pernyataan/Item

NO

PERNYATAAN

Kemunculan (YA)

1

Mencubit teman di kelas

 

2

Keluar kelas disaat jam mata pelajaran

 

3

Sering menganggu temannya bersikap acuh tak acuh

 

4

Terlambat masuk sekolah

 

5

Naik keatas bangku

 

6

Sering berlari di kelas

 

7

Keluar masuk kelas

 

8

Sering membuat ramai di kelas

 

9

Sering mencampuri permainan anak lain

 

10

Izin ke guru dan masuk kelas lain

 

11

Mengerjakan tugas tetapi tidak sampai selesai

 

12

Menulis tidak tuntas

 

13

Tidak memerhatikan pelajaran yang sedang disampaikan oleh gurunya

 

14

Tidak mengerjakan tugas

 

15

Keluar kelas tanpa izin

 

16

Mencatat materi yang ditulis guru di papan tulis

 

17

Duduk tenang dalam kelas

 

 

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA

A.      PERTANYAAN:

1.    Kamu anak ke berapa?

2.    Kamu mempunyai saudara adik atau kakak di rumah?

3.    Hobi kamu apa?

4.    Kalau di rumah iqbal sering ngapain?

5.    Kamu cita-citanya ingin jadi apa?

6.    Rumah kamu dimana?

7.    Kalau ke sekolah diantar apa berangkat sendiri?

8.    Kalau pulang sekolah ngapain aja biasanya?

9.    Bagaimana hubungan kamu dengan orang tua?

 

 

 

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA GURU

A.      PERTANYAAN:

1.    Bagaimana perilaku alan sehari-hari di sekolah?

2.    Sanksi apa saja yang sudah di berikan kepada alan jika melanggar peraturan di sekolah?

3.    Perilaku menyimpang apakah yang pernah dilakukan alan?

4.    Bagaimana cara ibu menyampaikan pelajaran kepada murid di kelas?

5.    Bagaimana cara alan mengerjakan tugas?

6.    Bagaimana cara alan bersosial di dalam kelas?

7.    Bagaimana perilaku alan terhadap guru mata pelajaran?

8.    Bagaimana cara alan berteman?

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel