Makalah Pendidikan Karakter Lengkap
Desember 05, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan
madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, proses belajar merupakan unsur yang sangat fundamental. Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung
pada proses belajar yang dialami peserta
didik baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Indonesia
sebagai negara berkembang, pendidikannya pun masih dibawah negara-negara maju.
Munculnya pendidikan karakter di indonesia ditandai dengan merosotnya moral
peserta didik, yang dalam hal ini pemerintah harus berpartisipasi untuk meningkatkan
pendidikan karakter di indonesia. Sehingga peserta didik di indonesia bisa
meningkatkan potensi dirinya ke arah yang lebih baik lagi.
Karenanya,
persoalan karakter anak didik atau karakter bangsa ini menjadi isu terpenting
bagi dunia pendidikan di tanah air. Anak didik yang mempunyai karakter yang
tangguh tidak di ragukan lagi, bahwa hal itu merupakan sebagai ‘solusi’ bagi
beragam persoalan sosial yang sedang dan akan dihadapi bangsa ini. Beragam
persoalan sosial, sejak dari isu kenakalan remaja, tawuran, perilaku korupsi,
narkoba dan obat terlarang, konflik sosial, dan lain-lain. Agaknya berawal dari
proses pendidikan nasional yang belum selaras dengan tujuan filosofis
pendidikan nasional.[1]
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan sebagai berikut:
1.
Apa
Pengertian pendidikan karakter?
2.
Apa
saja Landasan pendidikan karakter di indonesia?
3.
Apa
saja Tujuan pendidikan karakter?
4.
Bagaimana
Pandangan pendidikan karakter terhadap guru dan peserta didik?
5.
Apa
saja strategi pengembangan pendidikan karakter di sekolah?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Pengertian Pendidikan Karakter.
2.
Untukmengetahui
Landasan pendidikan Karakter di Indonesia.
3.
Untuk
mengetahui Tujuan Pendidikan Karakter.
4.
Untuk
mengetahui Pandangan Pendidikan Karakter terhadap Guru dan Peserta Didik.
5.
Untuk
mengetahui strategi pengembangan pendidikan karakter di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Banyak orang
memaknai sebuah kata, tetapi kadang tidak paham sepenuhnya terhadap makna atau penggunaanya
pada konteks yang tepat. Orang-orang semacam ini biasanya sekedar ikut-ikutan
menggunakan sebuah kata karena mendengar, tahu dari televisi, maupun lewat
cara-cara lainnya. Kata-kata kontemporer yang biasanya diadaptasi dari bahasa
asing, terutama bahasa inggris, menjadi daya tarik tersendiri. Menggunakan
kata-kata bernuansa inggris ini biasanya menjadikan penggunaanya seolah-olah
ikut modern dan terpelajar. Sebab, secara salah kaprah orang umumnya memahami
ciri modern dan terpelajar salah satunya lewat kemampuan menggunakan kata-kata
ilmiah yang dalam pendengaran orang awam sulit untuk dipahami.[2]
Istilah
pendidikan karakter muncul ke permukaan pada akhir-akhir ini, setelah terjadi
degradasi moral yang melanda bangsa indonesia. Pendidikan karakter terambil
dari dua suku kata yang berbeda, yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini
mempunyai makna sendiri-sendiri. Pendidikan lebih merujuk pada kata kerja,
sedangkan karakter lebih pada sifatnya. Artinya, melalui proses pendidikan
tersebut, nantiya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik. Untuk lebih
jelasnya dibawah ini akan didefinisikan satu per satu.
Pendidikan
sendiri merupakan terjemahan dari education, yang kata dasarnya educate
atau bahasa latinnya educo. Educo berarti mengembangkan dari dalam;
mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada pula yang mengatakan bahwa kata education
berasal dari bahasa latin educare yang memiliki konotasi melatih atau
menjinakkan (seperti dalam konteks manusia melatih hewan-hewan yang liar
menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan).[3]
Sedangkan
karakter berarti to mark (menandai) dan memfokuskan, bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.[4]
Dari pengertian
diatas, antara pendidikan dan karakter dapat diambil pengertian bahwa
pendidikan karakter ialah suatu pendidikan yang mengajarkan tabiat, moral,
tingkah laku maupun kepribadian. Maksudnya proses pembelajaran yang dilakukan
di lembaga pendidikan harus mampu mengarahkan, dan menanamkan nilai-nilai
kebaikan kepada peserta didik yang kemudian dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menrut Fakry
Gaffar, pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga
menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. David Elkind dan Freddy Sweet
menambahkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja atau sadar untuk
membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika
inti.[5]
B.
Landasan
Pendidikan Karakter di Indonesia
Pendidikan
karakter untuk 1,3 miliar menjadi manusia yang berkarakter (rajin, jujur,
peduli terhadap sesama, rendah hati dan terbuka), Pendidikan karakter harus
diterapkan sejak usia dini.[6]
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di indonesia, ada landasan-landasan
dimaksudkan supaya pendidikan karakter yang diajarkan tidak menyimpang dari
jati diri masyarakat dan bangsa indonesia. Dalam berbagai literatur disebutkan
bahwa pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter
dasar, meliputi: 1) Cinta kepada Allah dan semesta beseta isinya, 2) tanggung
jawab, disiplin, dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang,
peduli, dan kerja sama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang
menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi,
cinta damai, dan perasaan.
Berikut ini
merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan
karakter di Indonesia.
1.
Agama
Agama merupakan sumber kebaikan. oleh kaena itu, pendidikan
karakter harus dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama. Pendidikan
karakter tidak boleh bertentangan dengan agama. Landasan ini tepat bila
diterapkan di Indonesia, sebab agama merupakan landasan yang pertama dan utama
dalam mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga
pendidikan anak usia dini.
2.
Pancasila
Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara indonesia
yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan. Oleh karena
itu, pancasila ialah satu-satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan
bangsa.
3.
Budaya
Indonesia adalah salah satu negara yag memiliki keanekaragaman
budaya. Di daerah mana pun di Indonesia, pasti mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi
sumber nilai dalam pendidikan karakter bangsa. Hal ini dimaksudkan supaya
pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia.
4.
Tujun
Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional secara
keseluruhan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disebutkan bahwa fungsi dan tujuan
pendidikan nasional ialah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupn bangsa, bertujuan untuk
mengebangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berima dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Landasan ini tidak boleh terlupakan, meskipun itu pada anak usia dini.
Sebab, pendidikan karakter sudah disesuaikan dengan tujua pendidikan nasional,
nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan harus terintegrasikan dengan
tujuan pendidikan nasional.[7]
Itulah beberapa landasan yang ada pada penddikan karakter yang
harus diterapkan dan dijadikan patokan pada setiap lembaga-lembaga pendidikan
yang ada di Indonesia, mulai dari anak usia dini sampai ke perguruan tinggi.
Karena melalui pendidikan karakter, pendidik bisa mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didiknya.
C.
Tujuan
Pendidikan Karakter
Sejak zaman
modern, manusia mulai menyadari bahwa dirinya adalah subjek yang bisa
mengarahkan alam dan menggunakan potensi dari alam (termasuk manusia) untuk
mencapai tujuan. Karenanya, tujuan itu harus dilakukan dengan mengolah sumber
daya manusia (SDM) agar tercipta kemampuan dan keterampilan yang dapat
digunakan untuk memanfaatkan alam. Sejak disadarinya kemampuan manusia untuk
mengeksploitasi alam yang bisa diubah untuk memudahkan kehidupannya, pendidikan
menjadi kegiatan yang kemudian dianggap penting untuk menjadi bagian dari
mengatur masyarakat.[8]
Dalam konsep
yang dirumuskan Carl rogers, sumber daya manusia yang memiliki kepribadian yang
seimbang, yaitu sebagai berikut:
a.
Bersikap
terbuka, menerima berbagai pengalaman, dan berusaha memahami perasaan-perasaan
internalnya.
b.
Hidup
secara eksistensialistik, yaitu memiliki kepuasan batin bahwa setiap saat ia
menginginkan pengalaman baru, ini berarti memiliki perasaan internal bahwa ia
bergerak dan tumbuh.
c.
Dalam
struktur keanggotaannya, ia menemukan hal yang dipercaya untuk mencapai tingkah
laku yang paling banyak memberikan kepusasan dalam tiap kondisi nyata, ia
melakukan apa yang dirasakannya benar dalam konteks kekinian. Ia berpegang pada
pembentukan totalitas dan komperehensif pada dirinya untuk mengarahkan tingkah
laku sesuai dengan pengalamannya.[9]
Di indonesia,
akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak pendidikan karakter
dicanangkan oleh pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam peringatan
hari pendidikan nasional, pada 2 mei 2010. Tekad pemerintah untuk menjadikan
pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari sistem pendidikan nasional harus didukung secara serius.[10]
Bermula dari sinilah, akhirnya kemendiknas membuat kebijakan baru, yaitu
memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran di
sekolah. Meskipun hal ini sedikit ada pro dan kontra, pemerintah tetap
mengamininya. Tentu yang demikian tidak ada maksud apa-apa, tetapi demi
kemajuan dan kebaikan bangsa kita tercinta Indonesia.[11]
Untuk itu,
pendidikan pada saat sekarang ini menjadi sangat penting bagi anak bangsa
indonesia. Agar bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik itu
dalam bidang pengetahuan maupun teknologi dan mengembangkannya untuk masyarakat
dan lingkungan sekitarnya. Sehingga akan tercipta bangsa dan negara yang
berpendidikan.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang akan
diwariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan
kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karenanya bagaimanapun
peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses
pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.[12]
Dalam UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah menyebutkan bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berkaitan
dengan pendidikan karakter, tujuan pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah
tersebut wajib ditaati dan diikuti, dengan kata lain, tujuan pendidikan tidak
boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan yang ada. Bahkan, diharapkan dapat
mendukung atau menyempurnakan sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat
terwujud dengan mudah dan mendapatkan hasil yang optimal.
Menurut Darma
Kesuma, tujuan pendidikan karakter, khususnya dalam seting sekolah, diantaranya
sebagai berikut:
1.
Menguatkan
dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga
menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana
nilai-nilai yang dikembangkan.
2.
Mengoreksi
perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
3.
Membangun
koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung
jawab pendidikan karakter secara bersama.[13]
D.
Pandangan
Pendidikan Karakter Terhadap Guru dan Peserta Didik
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi
(cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup
mereka. Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara
individual adalah kemampuan dasar yang disebut para ahli psikologi sosial
sebagai instink gregorius (naluri untuk hidup berkelompok) atau hidup
bermasyarakat.
Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun
batiniah, duniawi dan ukhrawi. Jadi antara kedudukan pendidikan yang
dilembagakan dalam berbagai bentuk atau model dalam masyarakat, dengan dinamika
masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang waktu.[14]
Begitu pula halnya dengan seorang guru yang mendidik peserta
didiknya dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mengajar
peserta didiknya, Profesi guru disini sangatlah mulia karena tugas dan tanggung
jawab agar para anak didik tidak hanya cerdas dalam pelajaran saja, guru juga
menginginkan peserta didiknya memiliki akhlak mulia baik kepada orang tua,
guru, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Bila seorang guru bertugas hanya karena ia membutuhkan pekerjaan
dan penghasilan, akan semakin jauh panggang dari api jika dunia pendidikan di
negeri ini menghendaki terbangunnya karakter yang mulia dari peserta didiknya.
Oleh karena itu, apabila negeri ini menghendaki keberhasilan dalam membangun
pendidikan karakter, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun
mental para guru agar mempunyai jiwa pengorbanan dan mencintai profesinya
dengan sepenuh hati.[15]
Dalam kaitannya dengan pembentukan karakter anak didik, maka peran
guru di sekolah sangat penting, guru harus mampu membangun citra positif pada
anak didik di sekolah, anak didik harus didorong aktif berdiskusi, mengemukakan
pendapatnya, serta harus memberikan nasihat, arahan tentang karakter negatif
(misal perilaku kenakalan remaja, penggunaan obat-obatan terlarang), dan
memberikan teladan yang baik bagi anak didik di sekolah maupun di masyarakat.
Di samping itu, guru harus banyak memberi pujian, komentar positif, dan
memperlakukan anak didik secara baik dan bersifat mendidik, serta menumbuhkan
rasa percaya diri pada anak didik.
Sekolah yang berkomitmen mengembangkan karakter melihat diri mereka
sendiri melalui lensa moral, untuk menilai bahwa segala sesuatu yang
berlangsung di sekolah memengaruhi perkembangan karakter siswa. Pendekatan yang
komprehensif menggunakan semua aspek persekolahan sebagai peluang untuk
pengembangan karakter. Mencakup kurikulum tersembunyi, hidden curriculum
(upacara dan prosedur sekolah, keteladanan guru, hubungan siswa dengan guru,
staf sekolah, proses pengajaran, keberagaman siswa, penilaian pembelajaran,
pengelolaan lingkungan sekolah, kebijakan disiplin), kurikulum akademik,
termasuk kurikulum kesehatan jasmani, dan program-program ekstrakurikuler,
serta kegiatan-kegiatan setelah jam sekolah.[16]
Guru di sekolah yang paling penting harus dapat menjadi teladan dan
idola yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan karakter anak didik. Apa pun
yang dilakukan oleh guru baik nilai-nilai atau budi pekerti maupun tingkah
lakunya akan dilihat, ditiru dan dicontoh oleh anak didik. Ada beberapa ciri
guru yang menjadi idola bagi anak didik di sekolah, antara lain:
1.
Anak
bersemangat ke sekolah.
2.
Anak
akan mengatakan sayang atau suka kepada gurunya.
3.
Anak
selalu merindukan gurunya.
4.
Anak
akan mengerjakan tugas yang diberikan, karena tidak ingin mengecewakan gurunya.[17]
Adapun manfaat yang diperoleh dari pendidikan karakter, baik
langsung maupun tidak langsung, antara lain sebagai berikut:
1.
Peserta
didik mampu mengatasi masalah pribadinya sendiri.
2.
Meningkatkan
rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
3.
Dapat
memotivasi peserta didik dalam meningkatkan prestasi akademiknya.
4.
Meningkatkan
suasana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan serta kondusif untuk proses
belajar mengajar yang efektif.[18]
E.
Strategi
Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah
Kualitas
pembelajaran menjadi kunci dalam peningkatan sumber daya manusia. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar
mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motoriknya. Pembelajaran
yang berkualitas merupakan pembelajaran yang terencana dan sengaja diciptakan (intentionallearning),
bukan belajar yang terjadi secara insidental (incidentallearning).
Patricia L. Smith, dan Tillman J. Ragan (Pribadi, 2009) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang
diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.[19]
Hurlock
(1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun
berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai
substitusi orang tua.
Desain
pembelajaran merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan sebelum seorang
guru melaksanakan aktivitas pembelajaran di kelas.[20]
Dalam UU Guru
dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Jadi, peran
guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah seperangkat sikap
yang dimiliki oleh guru seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik untuk membentuk karakter siswa.[21]
Guru memegang
peranan yang sangat strategis terutama dalam membentuk karakter serta
mengembangkan potensi siswa. Hal inilah yang menjadikan guru untuk selalu on
the right track, sesuai dengan ajaran agama yang suci, adat istiadat yang
baik dan aturan pemerintah. Strategi seorang guru tidak hanya bermakna pasif,
justru harus bermakna aktif progresif, dalam arti guru harus bergerak
memberdayakan masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala
aspek kehidupan, khusunya pengetahuan, moralitas, sosial, budaya,dan ekonomi
kerakyatan.
Pemberian
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah,
keluarga, serta masyarakat. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing,
seorang guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan
data tentang siswa.
b.
Mengamati
tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari.
c.
Mengenal
para siswa yang memerlukan bantuan khusus.
d.
Mengadakan
pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu, maupun
secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak.
e.
Bekerja
sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan
masalah siswa.
f.
Membuat
catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baik.
g.
Menyelenggarakan
bimbingan kelompok atau individu.
h.
Bekerja
sama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah
siswa.
i.
Menyusun
program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya.
j.
Meneliti
kemajuan siswa, baik di sekolah maupun diluar sekolah.[22]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter ialah suatu pendidikan yang
mengajarkan tabiat, moral, tingkah laku maupun kepribadian. Maksudnya proses
pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan harus mampu mengarahkan, dan
menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik yang kemudian dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan
pendidikan karakter, khususnya dalam seting sekolah, diantaranya sebagai
berikut:
1.
Menguatkan
dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu
sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2.
Mengoreksi
perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
3.
Membangun
koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung
jawab pendidikan karakter secara bersama.
4.
Guru
di sekolah yang paling penting harus dapat menjadi teladan dan idola yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangan karakter anak didik. Apa pun yang dilakukan
oleh guru baik nilai-nilai atau budi pekerti maupun tingkah lakunya akan
dilihat, ditiru dan dicontoh oleh anak didik.
Adapun landasan pendidikan karakter di Indonesia diantaranya: a)
Agama, b) Pancasila, c) Budaya, d) Tujuan Pendidikan Nasional.
B.
Saran
Setitik harapan dari saya sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada saya. Karena
makalah yang saya susun inimasih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun sanagt saya butuhkan untuk kekuranagn yang ada pada makalah yang saya
susun ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azzet, Akhmad Muhamimin. Urgensi Pendidikan Karakter di
Indonesia. Cipta. 2013.
Fadlillah, Muhammad
& Lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan Karakter Anak UsiaDini. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. 2013.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan: Komponen MKDK. Jakarta:
Rineka Aditama. 2013.
Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan.Jakarta:
Rajawali Pers. 2013.
Mu’in,
Fatchul. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik.Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media. 2011.
Naim, Ngainun. Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012
Salahudidin, Anas. FilsafatPendidikan. Bandung: Pustaka
Setia. 2011.
Suryana, Aa & Feni fatriani. Pengembangan Pendidikan
Karakter. Bandung: Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.2011.
Barnawi& M. Arifin, strategi&kebijakanpembelajaranpendidikankarakter,
jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012
NovanArdyWiyana, Membumikanpendidikankarakter
di SD, jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013
[1]Jalaluddin dan
Abdullah idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
hlm.206-207.
[2]Ngainun Naim,
Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), hlm.49.
[3] Muhammad
Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm.16-17.
[4] Ibid, hlm.20.
[5] Ibid, hlm.22.
[6] Anas
Salahuddin, FilsafatPendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2011), hlm.205.
[7]Fadlillah, PendidikanKarakter,
hlm.32-35.
[8] Fatchul Mu’in,
Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik & Praktik, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2011), hlm.289.
[9]Ngainun, Character
Building, hlm.62.
[10] Fatchul, Pendidikan
Krakter, hlm.323.
[11] Fadlillah
& Lilif, PendidikanKarakter, hlm.16
[12] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar
Kependidikan: KomponenMKDK,(Jakarta: Rineka Cipta. 2013)Hlm. 2.
[13] Muhammad
Fadlillah, Pendidikan Karakter, hlm. 24-25.
[14] Fuad, Dasar-Dasar
Kependidikan, hlm.2-3.
[15] Akhmad
Muhamimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2011), hlm.23.
[16]Anas
Salahudidin, FilsafatPendidikan, hlm.209.
[17]Aa suryana
& Feni fatriani, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika
Aditama,2013), hlm.119.
[18] Ibid, hlm.118
[20] Ibid, hlm.66
[21] Novan Ardy Wiyana, Membumikan
pendidikan karakter di SD,(jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm.163.
[22] Ibid, hlm.164-166.