Makalah Lengkap Landasan Bimbingan dan Konseling dalam Kajian Bimbingan dan Konseling
Maret 14, 2017
Menurut Hornby landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang
menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari.[1]
Sehingga landasan sebagai acuan atau juga dasar pelaksanaan.Tanpa adanya dasar
atau bisa dikatakan juga fondasi, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
membuahkan hasil yang maksimal serta yang sesuai dengan keinginan. Ibarat
sebuah bangunan tanpa fondasi yang kukuh. Maka bangunanpun tidak akan bertahan
lama menahan rancangan diatasnya. Untuk itu, pada makalah ini akan share tentang “Landasan Bimbingan dan Konseling”. Yuk dibaca
makalah selengkapnya dibawah ini. No copas!
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT., yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah dalam
tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.,
tanpa tuntunannya kita tidak akan berada dalam kecemerlangan seperti sekarang
ini.
Dalam menyusun makalah Bimbingan dan Koseling dengan tema “Landasan
Bimbingan dan Konseling” kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak.
Sebagai manusia yang tidak luput dari salah dan lupa. Kami
mengucapkan mohon maaf yang
setulus-tulusnya, karena dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu pula, kami mengaharap
saran dan kritikan yang membangun dalam pengembangan tema tersebut.
Pamekasan, 14 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah............................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
C.
Tujuan
Masalah.............................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Landasan Bimbingan Dan Konseling.......................................3
B.
Macam-macam
Landasan Bimbingan Dan Konseling..............................3
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................................11
B.
Saran...............................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman juga sejalan dengan kemajuan
pendidikan dari berbagai aspek. Maka tentunya peserta didik perlu yang namanya
bimbingan dan konseling karena adanya masalah-masalah yang muncul berkenaan
dengan rumitnya pembelajaran. Belum lagi harus berhadapan dengan
masalah-masalah pribadi seperti masalah keluarga. Terutama mengenai materi PAI
yang mana siswa banyak yang kurang berminat terhadap pembelajaran PAI. Maka hal
itu, perlu ditangani serius oleh guru BK. Ada apa ini, mengapa yang seharusnya
pelajaran agama menjadi pedoman hidup akan tetapi ditakuti? Itu adalah
pertanyaan besar yang mana masalah tersebut tidak bisa diselesaikan secara
instan.
Maka dari itu, perlu adanya penanganan dan pendekatan-pendekatan
yang bersifat face to face dengan siswa. Supaya akar masalahnya jelas dan bisa
diselesaikan secara efektif dan efisien. Untuk itu, seorang guru yang
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling harus mengetahui landasan-landasan
bimbingan dan konseling sebagai pijakan atau acuan guru bimbingan dan
konseling. Dan tidak bisa seorang guru bimbingan dan konseling bicaranyaa asaal
bunyi saja, tapi harus memiliki landasan dan pedoman yang benar. Supaya dalam
proses pelayanan bimbingan dan konseling masalah-masalah dapat diselesaikan dan
berjalan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, kami sebagai kelompok 2 akan memaparkan mengenai
landasan bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian landasan bimbingan dan konseling?
2.
Apa
saja dan bagaimana macam-macam landasan bimbingan dan konseling?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian landasan bimbingan dan konseling.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam landasan bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan Bimbingan Dan Konseling
Menurut Hornby
landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu
prinsip yang mendasari.[2] Sehingga
landasan sebagai acuan atau juga dasar pelaksanaan.Tanpa adanya dasar atau bisa
dikatakan juga fondasi, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan membuahkan
hasil yang maksimal serta yang sesuai dengan keinginan. Ibarat sebuah bangunan
tanpa fondasi yang kukuh. Maka bangunanpun tidak akan bertahan lama menahan
rancangan diatasnya.
Dikaitkan
dengan bimbingan dan konseling yang merupakan suatu upaya untuk membantu
individu atau kelompok orang dalam memecahkan suatu masalah kehidupannya, maka
seorang konselor atau orang yang memberikan bantuan pelayanan bimbingan dan
konseling. Ia seharusnya memiliki beberapa dasar atau fondasi mengenai pelayanan
bimbingan dan konseling. Sehingga memudahkan konselor dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. Di karenakan masing-masing
individu memiliki beragam latar belakang.
Jadi, landasan
bimbingan dan konseling merupakan suatu dasar atau fondasi dalam proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling agar pelayanannya berjalan dengan efektif
dan efisien.
B.
Macam-macam
Landasan Bimbingan Dan Konseling
Landasan
bimbingan dan konseling sangat kompleks dan beragam sesuai dengan beragamnya
latar belakang peserta didik. Menurut Abu Bakar M. Luddin mengutip pendapat
Prayitno dan Erman Amti dalam bukunya Muhammad Irham, terdapat beberapa
landasan dalam bimbingan dan konseling , yaitu filosofis, religius, psikologis,
sosial-budaya, ilmiah dan teknologi serta landasan pedagogis.[3]
Landasan pada aspek-aspek tersebut perlu dipahami untk menunjang pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. Masing-masing dari landasan
tersebut dapat dijabarkan, diantaranya sebagai berikut:
1.
Landasan
Filosofis
Filosofis bisa
bermakna cinta kebijaksanaan. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan
yang bijaksana. Untuk itu, diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal
yang menyangkut pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran filosofis menjadi
alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling secara umum, dan
bagi konselor secara khusus.[4]
Yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan
yang tepat. Selain itu, pemikiran dan pemahaman filosofis juga memungkinkan
konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, dan lebih
efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya.
Disini akan
diuraikan beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas
kehidupan.
a.
Hakikat
Manusia
Hakikat manusia
menurut Viktor Frankl dalam bukunya Thompson dan Rudolph yang dikutip oleh
Prayitno dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, menegaskan bahwa:
“....Selain memiliki dimensi fisik dan psikologis manusia juga
memiliki dimensi spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji secara mendalam
apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui dimensi
spiritualnsya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada diluar dirinya
dan mewujudkan ide-ide nya.
“....Manusia terutama akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan
kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupan tersebut.
“....Manusia adalah unik, dalam arti bahwa manusia itu mengarahkan
kehidupannya sendiri. Manusia adalah bebas, merdeka, dalam berbagai
keterbatasannya, untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya
sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu, dan akan menjadi apa manusia itu sendiri.[5]
b.
Tujuan
dan Tugas Kehidupan
Menurut Jung
tujuan hidup manusia adalah mencari keterpaduan, dan didalamnya terdapat
dorongan instingtual kearah keutuhan dan hidup sehat. Sedangkan tugas
kehidupannya adalah: spiritualitas, pengaturan diri, bekerja, persahabatan, dan
cinta.[6]
1)
Spiritualitas
Dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup
sehat. Artinya agama sebagai sumber moral, etika, dan aturan-aturan formal yang
berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup
manusia. Karakter dan gaya hidup seseorang dikembangkan dengan memperhatikan
keharmonisannya dengan Sang Maha Kuasa.
2)
Pengaturan
Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat artinya hidup yang benar,
maka terdapat sejumlah ciri-ciri termasuk rasa dri berguna, pengendalian diri,
pandangan realistis, spontanitas, kepekaan emosional, pemecahan masalah, dan
kreativitas, kebugaran jasmani, serta hidup sehat dan lain-lain.[7]
Dengan hal itu seseorang yang mampu mengkoordinasikan dirinya atau hidupnya
bertingkah laku yang bertujuan melalui pengaturan dirinya, pengarahan,
pengelolaan dirinya maka akan terjadi peningkatan pada dirinya sesuai dengan
norma-norma masyarakat.
3)
Bekerja
Seseorang dengan bekerja akan mendapatkan keuntungan ekonomis untuk
bekal hidupnya dan kesejahteraan hidupnya. Biasanya orang yang memiliki
semangat bekerja ia akan menimbulkan rasa percaya diri, siap menghaapi
tantangan, memiliki banyak teman, menggunakan waktu sebaik mungkin. Sebaliknya,
bagi seseorang yang tidak mau bekerja atau tidak mampu biasanya ia adalah orang
yang kurang berani menghadapi tantangan untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Ketidakmampuan menjalani tugas kehidupan seperti itu menurut
Dreikurs dianggap sebagai suatu gejala sakit yang cukup serius.[8]
4)
Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial baik antara individu maupun
dalam masyarakat secara lebih luas, yang idak adanya keterlibatan perkawinan.
Persahabatan memberikan tiga keutamaan kepada hidup yang sehat: a.
Dukungan emosional (kedekatan, perlindungan, rasa aman, kegembiraan), b.
Dukungan keberadaan (penyediaan kebutuahan fisik sehari-hari, bantuan
keuangan), c. Dukungan informasi (pemberian data yang diperlukan, petunjuk, nasihat,
peringatan).[9]
5)
Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi
amat intim, saling mempercayai, saling terbuka, saing bekerjasama, dan saling
memberikan komitmen yang kuat.
Penelitian
Flanagan yang dikutip oleh Prayitno mengungkapkan bahwa pasangan hidup (suami
istri), anak dan teman-teman merupakan tiga pilar paling utama bagi keseluruhan
penciptaan kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Perkawinan dan
persahabatan secara signifikan menyumbang pada kebahagiaan hidup.[10]
2.
Landasan
Psikologis
Perlu kita
ketahui bahwa psikologis berarti ilmu tentang jiwa, dimana dalam pandangan ini
bahwa setiap peserta didik atau individu memiliki berbagai macam keunikan dibandingkan peserta didik yang lainnya.
Seperti halnya berbeda dalam potensi bakat, minat, tingkah laku, motivasi,
perhatian, kecerdasan, dan lainnya. Dan hal ini sangat penting kita ketahui
sebagai konselor karena dalam pelayanan bimbingan dan konseling kita akan
membahas masalah prilaku siswa yang dikarenakan perkembangannya.
Dalam
perkembangan jiwa jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa
ini mereka peka untuk belajar, punya waktu untuk belajar, belum berunah tangga,
belum bekerja, dan belum bertanggung jawab pada kehidupan keluarga. Masa belajar
ini bertingkat-tingkat sesuai dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena
itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat
bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.[11]
Sebagai konselor harus mengetahui tingkatan fase peserta didik, agar bantuan
bimbingannya lebih efektif dan efisien.
Untuk
kepentingan layanan bimbingan dan konseling seorang konselor harus memahami
beberapa aspek dalam psikologi yakni: 1). Motif dan motivasi, 2). Pembawaan
dasar dan lingkungan, 3). Perkembangan individu, 4). Belajar, balikan, dan
penguatan, 5). Kepribadian.[12]
3.
Landasan
Sosial-Budaya
Manusia
merupakan makhluk sosial. Maka dari itu, manusia membutuhkan kepada orang lain
yang berarti tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Siswa atau klien juga
sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial. Dimensi sosial manusia harus
dipertahankan serta dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling.
Selain itu,
manusia juga merupakan makhluk budaya. Karena manusia hidup di lingkungan budaya,
sehingga ia harus memenuhi tuntutan budaya dimana ia hidup agar sesuai dan
diterima dilingkungannya. Serta untuk mengembangkan tingkah lakunya sehingga
sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut.
Manusia hidup
berpuak-puak, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Relevan dengan pernyataan ini
Al Qur’an menegaskan bahwa “Allah SWT., menjadikan kamu bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa agar kamu saling kenal-mengenal”. Dan setiap suku dan bangsa
memiliki lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Perbedaan itu bisa
menimbulkan subjektivitas budaya sehingga akan berpengaruh pula pada upaya
pemberian bantuan (bimbingan dan konseling). Proses bimbingan dan konseling
merupakan proses komunikasi antara konselor dengan klien. Proses konseling yang
bersifat antarbuadaya (konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda)
sangat peka terhadap pengaruh dari sumber-sumber hambatan komunikasi seperti
bahasa dll. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial,
ekonomi, dan bahasa bisa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling. Oleh
sebab itu, konselor harus bisa menjaga netralitas sosial budaya dalam
memberikan bantuan bimbingan dan konseling.[13]
4.
Landasan
Religius
Di dalam
Undang-undang yang isinya tentang tujuan pendidikan Nasional diantaranya
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
manusia yang memliki kepribadian i. Maka dari itu, perlu adanya bimbingan dan
konseling yang berlandaskan religius.
Menurut Erman
Amti, implementasi landasan religius dalam layanan bimbingan antara lain
pembimbing diharapkan mendesain dan memasukkan unsur-unsur agama dalam kegiatan
bimbingan dan konseling.[14]
Akan tetapi, memberikan bimbingan dan konseling dengan unsur keagamaan haruslan
dengan tataran wajar, jangan sampai membuat peserta didik merasa bahwa dirinya
ditentukan nasib. Oleh karena itu, peserta didik haruslah memiliki pemahaman
tentang nilai-nilai keagamaan, yang berlaku dalam kehidupan sosial, pribadi,
belajar, dan karier.
Landasan religius
bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya ditekankan pada tiga ha
pokok:1) keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Allah.
2). Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke
arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama. 3). Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya
(termasuk IPTEK), serta kemasyarakatan yang sesuai dan menentukan kehidupa
beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.[15]
5.
Landasan
Pedagogis
Menurut
Tirtaraharja dan La Sula, pendidikan merupakan transformasi sosial-budaya bagi
masyarakat peserta didik dalam menjaga dan mempertahankan eksistensi manusia
dan budayanya. Pendidikan juga merupakan lembaga sosial yang berfungsi
melakukan reproduksi sosial. Selain itu, pendidikan juga memiliki fungsi
pengembangan diri segenap potensi yang dimiliki peserta didik.[16]
Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi pijakan dan dasar kegiatan bimbingan
dan konseling. Karena pula antara pendidikan dan bimbingan dan konseling
memiliki hubungan yang saling mendukung. Sebab, pendidikan merupakan proses
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan atau upaya pengajaran, bimbingan, dan
pelatihan.
Landasan
pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan: 1).
Pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan, 2). Pendidikan sebagai inti proses bimbingan
dan konseling, 3). Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan
konseling.[17]
6.
Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang profesional yang
dilakukan atas dasar keilmuan baik yang menyangkut teori-teori, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangannya. Karena landasan ilmiah bimbingan dan
konseling harus dilaksanakan atas dasar keilmuan. Oleh karena itu, orang yang
berkecimpung dalam dunia bimbingan dan konseling harus memiliki ilmu tentang
bimbingan dan konseling.
Ilmu bimbingan
dan konseling bersifat multireferensial artinya suatu disiplin ilmu
dengan rujukan ilmu-ilmu yang lain seperti psikologi (psikologi perkembangan,
kepribadian, psikologi anak, remaja, dewasa, psikologi komunikasi dll), ilmu
pendidikan, filsafat, bahkan ilmu sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu agama,
ilmu hukum, statistik, evaluasi, dan lain-lain.[18]
Selain perlu
dukungan sejmlah ilmu, praktik bimbingan dan konseling juga memerlukan dukungan
perangkat teknologi, seperti komputer. Digunakan untuk pembuatan instrument
bimbingan dan konseling serta memperjelas materi bimbingan dan konseling
sehingga meningkatkan motivasi klien untuk mengikuti kegiatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Landasan
bimbingan dan konseling merupakan suatu dasar atau fondasi dalam proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling agar pelayanannya berjalan dengan efektif
dan efisien.
Terdapat
beberapa landasan dalam bimbingan dan konseling , yaitu filosofis, religius,
psikologis, sosial-budaya, ilmiah dan teknologi serta landasan pedagogis.
Landasan pada aspek-aspek tersebut perlu dipahami untk menunjang pelaksanaan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
B.
Saran
Dalam penulisan
makalah ini, yang bertema “Landasan Bimbingan Dan Konseling”, merupakan suatu
wacana yang beragam pendapat dari sekian referensi. Sehingga kami membutuhkan
referensi lain untuk memberikan masukan atas kekurangan penulisan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN
Irham, Muhammad dan Novan Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan Dan
Konseling; Teori dan Aplikasi di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan; Stimulus
Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prayitno. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling; di Sekolah dan Madrasah
(Berbasis Intregitas). Jakarta: Rajawali Pers.
Tim
Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers.
[1] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 16.
[2] Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 16.
[3] Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Bimbingan dan Konseling;
Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 88.
[4] Tohirin, Bimbingan dan Konseling; di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja
wali Pers, 2013), hlm. 87.
[5] Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), hm. 140.
[6] Ibid., hlm. 142.
[7] Ibid., hlm. 143.
[8] Ibid.
[9] Ibid., hlm. 144.
[10] Ibid.
[11] Made Pidarta, Landasan Kependidikan; Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), hm. 194.
[12] Ibid., Tohirin, Bimbingan dan Konseling, hlm. 90.
[13] Ibid., hlm. 91-92.
[14] Ibid., Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, hlm. 104.
[15] Ibid., Tohirin, hlm. 89.
[16] Ibid., Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, hlm. 106.
[17] Ibid., Tohirin, hlm. 94.
[18] Ibid., 92.