Pentingnya Menuntut Ilmu
April 24, 2017
Apabila
kita memperhatikan isi al-Qur’an dan al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi ummat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menurut ilmu artinya berusaha menghasilkan
segala ilmu baik dengan jalan menanya, melihat dan mendengar. Perintah
kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW:
Artinya:
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari).
A. Pengertian
Ilmu
Dalam
bahasa Inggris ilmu dipadakan dengan “science” , sedang pengetahuan
dipadakan dengan “knowledge”. Dalam bahasa Indonesia kata “science” umumnya diartikan ilmu, tapi sering juga
diartikan ilmu pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama.
Ibnu
Munir mengatakan : ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan,
keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum
perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan pembenaran niat, sedangkan amal
tidak akan diterima kecuali dengan niat yang benar. [1]
Menurut
sebagian pendapat, kata ilmu itu merupakan isim jinis yang berati pengetahuan. kemudian
pengertian kata ilmu ini berkembang dalam berbagai istilah dan dipakai sebagai
nama dari pengetahuan tentang al-Qur’an.
Kata
ilmu didefinisikan para ahli teologi adalah suatu sifat yang dengan sifat itu
orang yang mempunyainya akan menjadi jelaslah baginya sesuatu urusan.
Di
dalam kitab al- Maqaashid, Imam Asy-Sya’bi mengatakan: ilmu yang telah
dibukukan adalah merupakan kumpulan gambaran sesuatu atau kata-kata tunggal
yang makna-maknanya digambarkan oleh akal pikiran, terhimpun dalam satu arah (
satu disiplin ilmu pengetahuan).[2]
B. Hadits-hadist yang menjelaskan pentingnya menuntut
ilmu dan keutamaannya
1. Hadist
hadist
Hadist-hadist yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat
banyak, tidak mungkin disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli
hadist pada umumnya menjelaskan pentingnya menuntut ilmu. Salah satunya sebagai
berikut :
a. وعن معاوية, رضي الله عنه, قال: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم من يرد الله به خيرا يفقهه في الد ين. متفق عليه
Dari Mu’awiyah ra. Berkata: Rasulullah SAW Bersabda: ”
Barang siapa yang dikehendaki bagi Allah untuk memperoleh
kebaikan, maka Allah membuat
ia menjadi pandai dalam hal agama. (Muttafaq’alaih).
Penjelasan
Hadist ini adalah hadist yang urgen, dimana
seolah-olah Allah menggantungkan kebaikan seseorang terhadap agama, dalam arti
kualitas dan kuantitas ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat diketahui
bahwa ilmu adalah penting, karena ia menjadi penentu baik-buruknya seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan baik dan buruk, akan
membedakan salah dan benar, dan halal dan haram.[3]
b. وعن
ابن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (لا حسد ٳلا في
اثنتين: رجل اتا ه الله ما لا فسلطه على هلكته في الحق, ورجل اتاه الله الحكمة فهو
يقضي بها, ويعلمها). متفق عليه. والمراد با لحسد: الخبطة, وهو ٲ ن يتمنى مثله.
Dari Ibn mas’ud ra. berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “ tidak boleh iri kecuali kepada dua hal: kepada orang yang Allah
beri harta lalu ia menafkahkan untuk kebenaran, dan kepada orang yang
dikaruniai hikmah oleh Allah, lalu ia memberikan keputusan dengannya serta
mengajarkannya“.
c. وعن
ٲبي هريرة رضي الله عنه ٲن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:( ومن سلك طريقا
يلتمس فيه علما, سهل الله له به طريقا ٳلى الجنة). رواه مسلم.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa menempuh jalan untuk mencarin ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan ke syurga”. (H.R.Muslim)
Penjelasan:
a
“Menempuh jalan“ disini
mencakup: jalan secara indrawi yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti
seseorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa
masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya. Dan termasuk hal ini
adalah rihlah (mengadakan perjalanan)
dalam rangka mencari ilmu yaitu seseorang yang rihlah dari negerinya ke negeri lain
untuk mencari ilmu, maka hal ini adalah termasuk menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu.
b
Jalan secara maknawi, yaitu
mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan kitab-kitab.
Maka
orang yang menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan mendapatkan hukum
permasalahan syari’at walaupun ia duduk di atas kursinya maka ia telah menempuh
satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk di hadapan seorang syaikh (Ahlul
ilmi) dia belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu
walaupun ia duduk.
2.
Keutamaan menuntut ilmu
Tidak
ada seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu, karena ilmu itu khusus
hanya dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, bisa dimiliki manusia dan bisa
juga dimiliki binatang. Dengan ilmu pengetahuan, Allah SWT mengangkat Nabi Adam
as. Diatas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat diperintah oleh Allah agar
sujud kepada Nabi adam as.
Ilmu
itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan
taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang
abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya:
“Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghiasa bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu
untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna”. Belajarlah
ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat
membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari.
Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk.
Tuhan yang bisa menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu,
orang yang ahli ilmu yang bersifat wara’
lebih berat bagi setan daripada mengoda seribu orang ahli ibadah tapi bodoh.
Keutamaan-keutamaan
ilmu:
1.
Ilmu adalah pusaka para nabi
2.
Pemilik ilmu banyak temannya
3.
Ilmu semakin diamalkan semakin
bertambah
4.
Ilmu bisa menerangi hati
5.
Ilmu tidak akan berkarat dan
rusak karena umur.[4]
C. Menuntut
Ilmu Itu Wajib
Apabila
kita memperhatikan isi al-Qur’an dan al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi ummat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menurut ilmu artinya berusaha menghasilkan
segala ilmu baik dengan jalan menanya, melihat dan mendengar. Perintah
kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW:
Artinya:
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari).
Dari
hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar
menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan
jalan bermanfaat, menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala
pengalaman yang didapat oleh ummat yang lalu, baik yang berhubungan dengan
aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala
kebutuhan hidup.
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi umat
Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu
teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat
Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling
tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.
Bagaimanakah
sikap kita terhadap kewajiban kita itu? Apakah sebab umat Islam mengalami
kemunduran dalam ilmu pengetahuan? Mari kita lihat sejumlah sebab secara
saksama:
Pertama:
kita tidak lagi menghormati ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak lagi
berharga dalam kehidupan kita. Karena itu, kita mengimpornya dan merasa cukup
dengan apa yang kita impor. Padahal, para ulama’ dari ilmuan dalam tubuh umat
Islam memiliki kedudukan yang membuat Khalifah Harun al-Rasyid mengucurkan air
ulama ke tangan seorang ulama untuk mencucikannya sebagai bentuk penghormatan.
Kedua
: Ilmu pengetahuan di negeri kita hanya berupa selembar
ijazah, bukan segudang manfaat untuk umat. Setiap murid belajae sekadar untuk
lulus atau naik jenjang, tidak lebih.
Ketiga :
Tidak ada lagi orang yang mempelajari atau mengetahui sesuatu yang di sukainya.
Kita tidak mengetahui apa potensi dan kemahiran yang menjadi keunggulan kita.
Karena itu banyak pemuda kita, setelah lulus, mengubah haluan dalam pekerjaan,
sehingga tahun-tahun study meraka terbuang percuma.
Keempat
: Ini adalah inti permasalahan, yaitu pemahaman keliru
para pemuda tentang islam. Sebagian mereka menggambarkan Islam hanya bertempat
di masjid, sehimgga ketika menjadi orang taat, prestasi akademik mereka
menurun. Akhirnya mereka gagal dan menjadi potret buruk dari sosok muslim dan
citra Islam secara keseluruhan.
Kelima :
Sebab yang sangat penting. Kita menjadi umat yang tidak gemar membaca, padahal
berbagai bacaan sudah demikian mudah untuk di akses, baik lewat internet maupun
buku, bagi siapa saja. [5]
D. Manfaat
Menuntut Ilmu
1.
Untuk mencari ke ridhoan
Allah SWT.
2.
Untuk menghilangkan kebodohan
3.
Untuk mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat, sebagaimana sabda Nabi SAW.
Artinya:
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya
memilki ilmu”. (HR. Tirmidzi).
4.
Menuntut ilmu termasuk
ibadah.
5.
Untuk mempersiapkan diri
menuju kehidupan akhirat.
6.
Menuntut ilmu dapat
mengarahkan manusia pada akhlak yang baik dan benar.
7.
Kedudukan manusia baik di
dunia maupun di akhirat nantinya akan berada pada kedudukan yang paling tinggi.
8.
Untuk mengetahui sesuatu hal
yang tadinya belum tahu.
9.
Dapat melakukan berbagai
banyak hal dalam berbagai aspek kehidupan.
10. Menjalin
kehidupan dengan aman dan nyaman.[6]
[1] Havidzasyk,” makalah pendidikan agama islam: pentingnya menuntut
ilmu”, tempat belajar, diakses dari https://hvdzasyk.
Wordpress.com/2014/12/29/makalah-pendidikan-agama-islam-pentingnya-menuntut-ilmu,
diakses pada tanggal 29 Maret 2017 pukul 20:10
[2] Abdul
Djalal, Ulumul Qur’an( Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013), hlm. 2-3.
[3] An-Nawawi, Al-Majmu’ala Syarh al-Muhadzab(Kairo: Maktabah
al-muniriyah,tt), hlm.40-41
[4] Syaikh
Az-Zamuji, Terjemahan Ta’lim Muta’allim(Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya, 1995),
hlm. 6-7.
[5] Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak(Jakarta: NusantaraLestari
Ceria Pratama, 2010), hlm.255-257.
[6] Vivit Fitriyani, Contoh Makalah Hadist 1 Tarbawi Tentang Menuntut
Ilmu, Vivitfitriyani.blogspot.com, di akses dari http://vivitfitriyani/2
blogspot.com/2016/02/contoh-makalah-hadist-1-tarbawi-tentang. Html?, pada
tanggal 30 maret 2017 pukul 19:34.