Makalah Teori Sosial Perspektif Max Weber (Riwayat Hidup, Teori dan Konsep Max Weber)
Februari 01, 2019
Segala
puji bagi Allah SWT, rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan
senantiasa Allah karuniakam atas penutup dan nabi paling mulia, Muhammad SAW
juga atas segenap keluarganya, para sahabat, para tabi’in dan tabi’in-tabi’in
serta para pengikut setiaNYA hingga akhir zaman.
Makalah
yang berjudul “teori-teori sosial” ini, kami susun dengan harapan
tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca, khususnya kalangan akademisi. Jika membutuhkan
filenya. Mohon konfirmasi pada kami dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak awal perkembanganya dipernulaan abad kesembilan belas hingga
dewasa ini, telah mengalami perubahan yang terus menerus, bermula dari ilmu
August comte yaitu “social Physics”
yang kemudian dikenal dengan sosiologi, berkembang terus menerus seiring dengan
perubahan yang terjadi dimasyarakat karena kita tahu bahwa objek studi
sosiologi adalah masyarakat yang sifatnya dinamis dan terus berkembang. Bahkan
khusus untuk sosiologi itu sendiri ada yang menyatakan bahwa ilmu ini adalah
ilmu tentang krisis sosial, karena sejak pertumbuhanya hingga perkembanganya
dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh bentuk-bentuk baru bersamaan dengan
krisis sosial yang ada. Perkembangan sosiologi ini tidak lepas dari tokoh-tokoh sosilogi yang
ikut menyumbang ilmu atau teorinya untuk sosiologi salah satunya max weber yang
terkenal dengan teori-teori sosiologi klasiknya yang menuai yaitu tindakan
sosial. Untuk itu kami ingin mengetahui sejauh mana max weber menyumbang
teori-teorinya untuk sosiologi dan mengetahui apa saja teori-teorinya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Riwayat Hidup Dan Karya Max Weber?
2.
Apa
Pengertian Dan Ruang Lingkup Max Weber?
3.
Bagaimana
Teori Dan Konsep Max Weber?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Riwayat Hidup Dan Karya Max Weber.
2.
Untuk
mengetahui Pengertian Dan Ruang Lingkup Max Weber.
3.
Untuk
mengetahui Teori Dan Konsep Max Weber.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Hidup Dan Karya Tokohnya
Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman,12 April 1864, berasal dari
keluarga kelas menegah, perbedaan penting antara kedua orang tuanya berpengaruh
besar terhadp intelektual dan perkembangganya psikologi weber. Ayahnya seorang
birokrat yang kedudukan politiknya relatif penting, dan menjadi bagian darim
kekuasaan politik yang mapan dan sebagai akibatnya menjauhkan diri dari setiap
aktivitas dan idealisme yang memerlukan pengorbanan pribadi atau dapat
menimbulkan acaman terhadap kedudukanya dalam sistem, lagipula sang ayah
seorang yang menyukai kesenagan duniawi dan dalam hal ini, juga dalam berbagai
hal lainya, ia bertolak belakang dengan istrinya. Ibu max weber adalah seorang calvinis
yang taat, wanita yang berupaya menjalani kehidupan prihatin tanpa kesenagan
seperti yang sangat didambaan suaminya. Perhatianya kebanyakan tertuju pada
aspek kehidupan akhirat; ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya
menjadi pertanda bahwa ia tidak ditakdirkan akan mendapatkan keselamatan
akhirat. Perbedaan mendalam antara pasangan ini menyebabkan ketegangan
perkawinan mereka dan ketegangan perkawinan mereka dan ketegangan ini berdampak
besar terhadap weber.[1]
Karena tak mungkin
menyamakan diri terhadap pembawaan oarang tuanya yang bertolak belakang itu,
weber kecil lalu berhadapan dengan suatu pilihan jelas. Mula-mula ia memilih
orientasi hidup ayahmya, tapi kemudian tertarik makin mendekati orientasi hidup
ibunya. Apapun pilihanyak, ketegannya yang dihasilkan oleh kebutiuhan memilih
antara pola yang belawanan itun berpengaruh negatif terhadap kejiwaan weber.
Ketika berumur 18 Tahun weber minggat dari rumah, belajar di Universitas
Heidelberg. weber telah menunjukan kematangan intelektual, tetepi ketika
masukia masih tergolong terbelakan dan pemalu dalam bergaul. Sifat ini cepat
berubah ketika ia condong kepada gaya hidup ayahnya dan bergabung kepada
kelompok mahasiswa saingan kelompok ayahnya dulu. Secara sosial ia mulai
berkembang.
Setelah kuliah tiga semester, weber meninggalkan Heidelberg untuk
dinas mileter dan Tahun 1884 kembali ke berlin, kerumah orang tuanya, dan
belajar diuniversitas Berlin. Ia tetep disana hampir 8 Tahun untuk
menyelasaikan studi hingga mendapat gelar Ph. D.
N mulai Dan menjadi pengacara dan mulai megajar di Universitas Berlin. Dan
dalam prosesnya itu bergeser ke ekonomi, sejarah dan sosiologi yang menjadi
sasaran utama selama sisa hidupnya. Selama 8 tahun kembali ke Berlin, kehidupan
masih bergantung kepada ayahnya, suatu keadaan yang segera tak disukainya. Dan
pada waktu bersamaan ia beralih lebih mendekati nilai-nilai ibunya.[2]
Adapun karya-karya utama yang yang sering dirujuk oleh para ahli
sosiologi dari Max Wiber, sebagai berikut:
Imethodological Essays I(1902)
the protesthan Ethic and the spirit of capitalism (1902-1904)
Economi and Sosiety (1910-1914)
Sosiology of relogion (1916)[3]
B.
Pengertian
Dan Ruang Lingkup
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki
arti atau makna (mearning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan
orang lain. Untuk memahami batasan konsep tindakan sosial ada baiknya kita
mengingat kembali pelajaran melalui contoh, yaitu kasus Anton melempar batu
kesungai dengan maksud agar Hendri melihatnya. Jika contoh tersebut masih belum
memberikan suatu pemahaman, maka ada baiknya didiskusikan contoh lain. Katanlah
Anda seorang pria, biasanya dipandang tidak sebagai pesolek. Ketika gaya rambut
Anda berubah, dari sisiran kesamping, dikenal sebagai batle,menjadi
belah tengah, membuat sahabat Anda memberikan bermacam kementar. Jawaban Anda
adalah, “cari suasana baru saja!” maka aktivitas mengubah gaya rambut, apapun
alasanya, dapat dipandang sebagai tindakan sosial. Kenapa demikian? Apapun
alasan Anda, tetap akan berujung pada keberadaan kaitan dengan orang lain atau
dikenal dengan konsep sosial. Oleh sebab itu, tindakan Anda yang memiliki makna
subjektif, seperti “cari suasana baru saja”! agar ada sesuatu yang berbeda
dengan sebelumnya dalam kaitannya dengan orang lain. Inilah dimensi sosial dari
suatu tindakan subjektif.[4]
Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi
rasional tetapi terdapat berbagai tindan nonrasional yang dilakukan oleh orang,
termasuk dalam tindakan orang dalam kaitanya dengan bernagai aspek dari
kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Weber menemukan empat tipe
dari tindakan sosial, yaitu:
a.
Tindakan
rasional instrumental (intrumentally rational action), yaitu suatu
tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam
kaitanya dengan tujuan suatu tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan
yang ada. Misalnya kenapa para pengusaha banyak menjadi calon anggota
legislatif ? ternyarta dari pengalaman hidup para pengusaha dalam dunia bisnis,
kehidupan mereka tidak bisa dilepas dari dunia polotikl. Oleh sebab itu,
mengombinasikan dua aspek kehidupan, yaitu bisnis dan politik, merupakan usaha
untuk strategi untuk meraih kesempatan (didalamnya terdapat keuntungan
material) yang lebih besar dari dibandingkan jika hanya berbisnis saja.
Tindakan pengusaha tersebut dapat dipandang sebagai tindakan rasional
instrumental, karena mempertimbangkan antara tujuan yang ingin dicapai (keuntungan
material yang lebih besar) dan alat yang dugunakan untuk mencapai tujuan
(berbisnis sambil berpolitik) tersebut.
b.
Tindakan
rasional nila (value rational action), yaitu tindakan yang dimana tujuan
telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan nilai akhir bagi individu,
yang dipertimbangkan secara sadar adalah alat mencapai tujuan. Memberi infak
dan sedekah dikalangan umat islam, misalnya dapat dilihat sebagai tindakan
rasional nilai. Menjadi hamba Allah yang diridhai dan meraih surga diakhirat
kelak merupakan tujuan yang beriontasi kepada nilai akhir. Plihan pemberi infak
dan sedekah sebanyak mungkin sebagai alat untuk meraih tujuan yang beriontasi
kepada nilai absolut dan nilai akhir tersebut tidak bisa dinilai apakah lebih
efisien dan efektif dibandingkan mengerjakan shalat sunnah, misalnya. Mungkin
ada baiknya dilanjutkan dengan contoh lain.untuk hidup Anda jelas membutuhkan
suatu pekerjaan, apakah anda mencarinya atau membuat sendiri. Itu salah satu
tujuan Anda. Namun tidak semua pekerjaan mau Anda lakukan. Kenapa? Sebab Anda
memilki nilai normal yang menjadi patokan atau rujukan Anda dalam melakukan
sesuatu, termasuk dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, Anda tidak akan bekerja
dalam perjudian dan protitusi, misalnya, meskipun pendapatan yang akan
dioeroleh relatif besar. Jadi, tindakan tyersebut dipandang sebagai tindakan
rasional nilai.
c.
Tindakan
efektif (affectual action) yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau
emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Misalnya,
tindakan-tindakan yang dilakukan karena cinta, marah, takut, gembira sering
sering terjadi tanpa diikuti dengan pertimbangan rasional, logis, dan
ideologis. Ketika dua anak manusia berlainan jenis sedang dilanda badai asmara,
mislanya, yang menyebabkan mereka mengalami “mabuk cinta”. Tidak jarang mereka
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional dan logis, sehingga seolah-olah
merasakan “tahi gigi rasa coklat”. [5]
d.
Tindakan
tradisonal (traditional action), yaitu tindakan yang karena biasaan atau
tradisi. Tindakan tersebut dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan.
Apa bila ditanyakan kenapa hal tersebut dilakukan? Jawaban yang diberikan
karena nenek moyang mereka telah telah melakukannya semenjak dahulu kala. Oleh
karena itu, tradisi ini harus dilanjutkan, kata pelaku tindakan tradisional. Jika
ditanyakan kepada para aktivis mahasiswa, sebagai suatu contoh, kenapa mereka
masih planco terhadap mahasiswa baru? Jawaban mereka adalah ini sudah jadi
tradisi mahasiswa. Alasan untuk menciptakan keakraban yang dilontarkan
mahasiswa untuk menopang alasan tradisi sering dipatahkan oleh argumentasi
bahwa secara sosiologi dan psikologi manusia cenderung untuk berteman. Oleh sebab
itu, tidakpun ada planco, mahasiswa junior akan berusaha berteman dengan
seniornya. Lagi pula kenapa harus dengan pemaksaan jika tujuanya untuk
menciptakan hubungan antara senior dan junior?
C.
Teori Dan Konsep
max weber menulis berbagai macam aspek sosial, politik, agama,
ekonomi, dan budaya dari kehidupan masyarakat, sehingga weber dikenal memiliki
sepktrum teoritis yang sangat luas, yaitu: tesis perkembangan kapitalisme,
tipologiotoritas, tipologi tindakan ekonomi, tipe ideal birokrasi, perubahan sosial,
stratifikasi sosial, dan tentang Agama.
1.
Tesis
perkembangan kapitalisme
Dalam The Protestant Ethic and The spirit of Capitalism, weber
menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari
bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad
ke-16 dan digerakan oleh dokrin calvisme, yaitu dokrin tentang takdir.
Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa Tuhan telah
memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu dokrin tersebut menegaskan
bahwa tidak seorangpun yang dapat mengetahui apakah dia termasuk salah
seorangpun yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini weber, pemeluk Calvinisme
mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan
tersebut adalah orang harus berfikir bahwa seorang tidak akan berhasil tanpa
diberkahi Tuhan. Oleh karena itu, keberhasilan adalah tanda keterpilihan. Untuk
mencapai keberhasilan, seoarang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk
aktivitas ekonomi dan politik, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja,
menjauhi kehidupan bersenga-senang, yang didorong oleh ajarang keagamaan.[6]
Aktivitas kehidupan itu sendiri, dalam bahasa Jerman dikenal dengan Beruf, memiliki
dua makna. Pertama Beruf bermakna pekerjaan, yaitu suatu aktivitas untuk
dapat bertahan dalam kehidupan. Kedua, beruf memiliki arti sebagai
panggilan (calling), yaitu suatu panggilan ilahiah, suatu panggilan suci dari
sang mahakuasa. Dalam perspektif ini, oleh karena itu, orang melakukan
pekerjaannya dengan sesunggugnya, semaksimal yang mungkin dia lakukan dalam
berbagai dimensi (efektifitas, efisien, rasional, dan bertanggung jawab dalam
menggunakan waktu, ruang, dan sumber daya).
2.
Tentang
Agama
Teori weber tentang Agama tidak hanya membahas antara Etika
Protestan
dan semangat kapitalisme, seperti salah satu judul bukunya, tetapi juga
berbagai dikrin, ajaran, dan fenomena kegamaan lain seperti Buddha, Hindu, Kong
HUCU, Islam dan Yahudi, seperti yang dijelaskan dalam Sosiologi Agama. Salah
satu fenomena yang menarik oleh weber adalah bagaimana hubungan antara tuhan,
ahli magis (shaman/dukun), dan ahli agama (pendeta). Hubungan tersebut, secara
tidak langsung, menjelaskan tentang sejarah perkembangan agama dalam
masyarakat. Perilaku atau pandangan tentang agama atau magis dalam tahap
permulaan (alemeter), dipandang weber, sebagai rangkaian perilaku keseharian
yang memiliki tujuan, yang ujungnya adalah ekonomi. Misalnya kegiatan
persembahan, sesajen, atau kegiatan ritual keagamaan yang lainya, biasanya
berhubungan dengan permintaan akan keselamatan dari berbagai gangguan
kesehatan, hasil buruan yang banyak, tangkapan ikan yang melimpah, panenan yang
menumpuk, dan sebagainya. Pada masa ini diperlukan ahli magis, yaitu orang yang
dipandang memiliki kekuatan yang luar biasa, dianugerahi suatu karisma.[7]
3.
Tipologi
otoritas
Tindakan sosial dari berbagai indidvidu mengontruksi suatu bangunan
dasar bagi struktur-struktur sosial yang lebih besar, salah satunya adalah
kewenangan (Herrcshaft/otoritas). Kontruksi bangunan kewenangan, oleh
karena itu, tidak bisa dilepaskan dari berbagai tipe tindakan sosial yang ada.
Suatu tindakan sosial bisa mengonstruksi suatu bentuk kewenangan tertentu.
Tindakan sosial rasional instrumental, misalnya, bisa mengontruksi kewenangan
yang bersifat legal-rasional.
Berbeda dengan jumalah fari tipe tindakan sosial, Weber membangun
tipologi kewenagan dengan tipe, yaitu:
a.
Kewenangan
tradisional, yaitu kewenangan yang didasarkan atas traidisi, kebiasaan,
kekudusan aturan atau dan kekuatan zaman dahulu. Contohnya pada masyarakat
minangkabau, mislnya, seoarang penghulu, secara adat, didahulukam selangkah dan
ditinggikan seranting, sehingga jarak antara pemimpin (penghulu) dengan yang
dipimpin (kemenakan) relatif dekat.
b.
Kewenangan
karismatik, yaitu kewenagan yang diperoleh seorang karena dipandang memilik
kualitas kepribadian individu yang extraordinary (luar biasa) dan
diperlukan sebagai orang yang dianugerahi kekuatan-kekuatan dan kualitas supernatural
(adiduniawi), superhumen (adiinsani), dan exceptional (pengecualian).
Presiden soekarno, misalnya, dipandang oleh sebagian masyarakat Indonesia
memiliki kewenangan karismatik karena dia memiliki suatu kualitas pribadi yang
tidak dimiliki oleh orang yang pada zamanya.
c.
Kewenangan
legal-rasional, yaitu kewenangan didasarkan atas komitmen terhadap seperangkat
peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal. Seorang
bupati dituruti dan dihormati perintahnya, sebagai suatu contoh, oleh seluruh
pegawai negeri sipil (PNS) disuatu pemerintahan daerah karena aturan
perundanfan. Apabila masa jabatannya berakhir, maka berakhir pula kewenangan
yang dimilikinya.
4.
Tipologi
Tindakan Ekonomi
Dalam Economy and Society ([1922] 1978), weber telah
memberikan landasan kukuh bagi perkembangan sosiologi ekonomi dengan menetapkan
garis pemisah atara ekonomi dan sosiologi ekonomi dengan mengajukan tiga unsur:[8]
a.
Tindakan
ekonomi adalah sosial.
b.
Tindakan
ekonomi selalu melibatkan makna.
c.
Tindakan
ekonomi selalu memperhatikan kekuasaan.
Didalam ekonomi, aktor diamsumsikan mempunyai seperangkat pilihan
dan referensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang yang dilakukan oleh
aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) dan keuntungan
(perusahaan). Tindakan tersebut dipandang rasional secara ekonomi. Adapun
sosiologi melihat beberapa kemungkinan tipe tindakan ekonomi. Kembali pada
weber ([1922] 1978: 63-69) dia telah membuat tipologi tindakan ekonomi, yaitu
tindakan ekonomi rasional, tindakan ekonimi tradisional, tindakan ekonomi
tradisional, dan tindakan ekonomi spekulatif-irasional.
5.
Tipe
Ideal Birokrasi
Webar juga melihat bagaimana tipe tindakan sosial tertentu
memengaruhi suatu administrasi organisasi. Weber menemukan administrasi
organisasi tradisional tidak efisien, boros, dan tidak rasional. Oleh karena
itu, weber mengusulkan suatu tipe ideal untuk administrasi organisasi
(birokrasi) agar mencapai tingkat efisien dan efektifitas yang lebih tinggi
yang dilandasi pada tindakan legal-rasional.
6.
Teorin
perubahan sosial.
Teori peruahan sosial dari max weber bersifat linear, yaitu dari
masyarakat agraris menuju masyarakat kapitalis, weber membuat tipologi
dikatomis dalam perkembangan masyarakat yang didasarkan atas enam dimensi,
yaitu;
a.
Bentuk
kepemilikan
b.
Mekanisme
c.
Ciri
tenaga kerja
d.
Pasar
e.
Hukum
yang berlaku
f.
Motivasi
utama
7.
Startifikasi
sosial
Weber tidak setuju dengan marx yang meletakkan dasar stratifiksi
sosial atas landasan kepemilikan semata. Weber melihat bahwa kepemilikan
hanyalah suatu bagian saja dari keseluruhan gambaran stratifikasi dalam
masyarakat. Oleh sebab itu, weber mengusulkan kelas (class), kelompok
status (status group) dan partai (party) sebagai landasan bagi
pembedaan tiga jenis stratifikasi sosil.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman,12 April 1864, berasal dari
keluarga kelas menegah, perbedaan penting antara kedua orang tuanya berpengaruh
besar terhadp intelektual dan perkembangganya psikologi weber. Ayahnya seorang
birokrat yang kedudukan politiknya relatif penting, dan menjadi bagian darim
kekuasaan politik yang mapan dan sebagai akibatnya menjauhkan diri dari setiap
aktivitas dan idealisme yang memerlukan pengorbanan pribadi atau dapat
menimbulkan acaman terhadap kedudukanya dalam sistem, lagipula sang ayah
seorang yang menyukai kesenagan duniawi dan dalam hal ini, juga dalam berbagai
hal lainya, ia bertolak belakang dengan istrinya.
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki
arti atau makna (mearning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan
orang lain. Untuk memahami batasan konsep tindakan sosial ada baiknya kita
mengingat kembali pelajaran melalui contoh, yaitu kasus Anton melempar batu
kesungai dengan maksud agar Hendri melihatnya. Jika contoh tersebut masih belum
memberikan suatu pemahaman, maka ada baiknya didiskusikan contoh lain. Katanlah
Anda seorang pria, biasanya dipandang tidak sebagai pesolek. Ketika gaya rambut
Anda berubah, dari sisiran kesamping, dikenal sebagai batle,menjadi
belah tengah, membuat sahabat Anda memberikan bermacam kementar. Jawaban Anda
adalah, “cari suasana baru saja!” maka aktivitas mengubah gaya rambut, apapun
alasanya, dapat dipandang sebagai tindakan sosial. Kenapa demikian? Apapun
alasan Anda, tetap akan berujung pada keberadaan kaitan dengan orang lain atau
dikenal dengan konsep sosial. Oleh sebab itu, tindakan Anda yang memiliki makna
subjektif, seperti “cari suasana baru saja”! agar ada sesuatu yang berbeda
dengan sebelumnya dalam kaitannya dengan orang lain. Inilah dimensi sosial dari
suatu tindakan subjektif.
max weber menulis berbagai macam aspek sosial, politik, agama,
ekonomi, dan budaya dari kehidupan masyarakat, sehingga weber dikenal memiliki
sepktrum teoritis yang sangat luas, yaitu: tesis perkembangan kapitalisme,
tipologiotoritas, tipologi tindakan ekonomi, tipe ideal birokrasi, perubahan
sosial, stratifikasi sosial, dan tentang Agama.
B.
Saran
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan diantaranya adalah
kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang detail. Dan kiranya
makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Yesmil. Sosiologi Untuk
Universitas. Bandung: PT Refika Aditama, 2013
Damsar. Pengantar Teori
Sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group, 2015
soekanto, Soerjono. sosiologi
suatu pengantar. jakarta: PT raja grafido persada, 2013
Beilharz, Peter. Teori-Teori
Sosial. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005
maliki, Zainudin. Teori sosial
modern. yogjakarta: gadjah mada university press, 2012