Makalah Teori Sosial Perspektif Max Weber (Riwayat Hidup, Teori dan Konsep Max Weber)


Segala puji bagi Allah SWT, rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakam atas penutup dan nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para sahabat, para tabi’in dan tabi’in-tabi’in serta para pengikut setiaNYA hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “teori-teori sosial” ini, kami susun dengan harapan tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca, khususnya kalangan akademisi. Jika membutuhkan filenya. Mohon konfirmasi pada kami dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak awal perkembanganya dipernulaan abad kesembilan belas hingga dewasa ini, telah mengalami perubahan yang terus menerus, bermula dari ilmu August comte yaitu “social             Physics” yang kemudian dikenal dengan sosiologi, berkembang terus menerus seiring dengan perubahan yang terjadi dimasyarakat karena kita tahu bahwa objek studi sosiologi adalah masyarakat yang sifatnya dinamis dan terus berkembang. Bahkan khusus untuk sosiologi itu sendiri ada yang menyatakan bahwa ilmu ini adalah ilmu tentang krisis sosial, karena sejak pertumbuhanya hingga perkembanganya dewasa ini sosiologi cenderung memperoleh bentuk-bentuk baru bersamaan dengan krisis sosial yang ada. Perkembangan sosiologi ini  tidak lepas dari tokoh-tokoh sosilogi yang ikut menyumbang ilmu atau teorinya untuk sosiologi salah satunya max weber yang terkenal dengan teori-teori sosiologi klasiknya yang menuai yaitu tindakan sosial. Untuk itu kami ingin mengetahui sejauh mana max weber menyumbang teori-teorinya untuk sosiologi dan mengetahui apa saja teori-teorinya.

B.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Riwayat Hidup Dan Karya Max Weber?
2.      Apa Pengertian Dan Ruang Lingkup Max Weber?
3.      Bagaimana Teori Dan Konsep Max Weber?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Riwayat Hidup Dan Karya Max Weber.
2.      Untuk mengetahui Pengertian Dan Ruang Lingkup Max Weber.
3.      Untuk mengetahui Teori Dan Konsep Max Weber.




BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Riwayat Hidup Dan Karya Tokohnya
Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman,12 April 1864, berasal dari keluarga kelas menegah, perbedaan penting antara kedua orang tuanya berpengaruh besar terhadp intelektual dan perkembangganya psikologi weber. Ayahnya seorang birokrat yang kedudukan politiknya relatif penting, dan menjadi bagian darim kekuasaan politik yang mapan dan sebagai akibatnya menjauhkan diri dari setiap aktivitas dan idealisme yang memerlukan pengorbanan pribadi atau dapat menimbulkan acaman terhadap kedudukanya dalam sistem, lagipula sang ayah seorang yang menyukai kesenagan duniawi dan dalam hal ini, juga dalam berbagai hal lainya, ia bertolak belakang dengan istrinya. Ibu max weber adalah seorang calvinis yang taat, wanita yang berupaya menjalani kehidupan prihatin tanpa kesenagan seperti yang sangat didambaan suaminya. Perhatianya kebanyakan tertuju pada aspek kehidupan akhirat; ia terganggu oleh ketidaksempurnaan yang dianggapnya menjadi pertanda bahwa ia tidak ditakdirkan akan mendapatkan keselamatan akhirat. Perbedaan mendalam antara pasangan ini menyebabkan ketegangan perkawinan mereka dan ketegangan perkawinan mereka dan ketegangan ini berdampak besar terhadap weber.[1]
Karena tak  mungkin menyamakan diri terhadap pembawaan oarang tuanya yang bertolak belakang itu, weber kecil lalu berhadapan dengan suatu pilihan jelas. Mula-mula ia memilih orientasi hidup ayahmya, tapi kemudian tertarik makin mendekati orientasi hidup ibunya. Apapun pilihanyak, ketegannya yang dihasilkan oleh kebutiuhan memilih antara pola yang belawanan itun berpengaruh negatif terhadap kejiwaan weber. Ketika berumur 18 Tahun weber minggat dari rumah, belajar di Universitas Heidelberg. weber telah menunjukan kematangan intelektual, tetepi ketika masukia masih tergolong terbelakan dan pemalu dalam bergaul. Sifat ini cepat berubah ketika ia condong kepada gaya hidup ayahnya dan bergabung kepada kelompok mahasiswa saingan kelompok ayahnya dulu. Secara sosial ia mulai berkembang.
Setelah kuliah tiga semester, weber meninggalkan Heidelberg untuk dinas mileter dan Tahun 1884 kembali ke berlin, kerumah orang tuanya, dan belajar diuniversitas Berlin. Ia tetep disana hampir 8 Tahun untuk menyelasaikan studi hingga mendapat gelar Ph. D. N mulai Dan menjadi pengacara dan mulai megajar di Universitas Berlin. Dan dalam prosesnya itu bergeser ke ekonomi, sejarah dan sosiologi yang menjadi sasaran utama selama sisa hidupnya. Selama 8 tahun kembali ke Berlin, kehidupan masih bergantung kepada ayahnya, suatu keadaan yang segera tak disukainya. Dan pada waktu bersamaan ia beralih lebih mendekati nilai-nilai ibunya.[2]
Adapun karya-karya utama yang yang sering dirujuk oleh para ahli sosiologi dari Max Wiber, sebagai berikut:
Imethodological Essays I(1902)
the protesthan Ethic and the spirit of capitalism (1902-1904)
Economi and Sosiety (1910-1914)
Sosiology of relogion (1916)[3]
      B.     Pengertian Dan Ruang Lingkup
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau makna (mearning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Untuk memahami batasan konsep tindakan sosial ada baiknya kita mengingat kembali pelajaran melalui contoh, yaitu kasus Anton melempar batu kesungai dengan maksud agar Hendri melihatnya. Jika contoh tersebut masih belum memberikan suatu pemahaman, maka ada baiknya didiskusikan contoh lain. Katanlah Anda seorang pria, biasanya dipandang tidak sebagai pesolek. Ketika gaya rambut Anda berubah, dari sisiran kesamping, dikenal sebagai batle,menjadi belah tengah, membuat sahabat Anda memberikan bermacam kementar. Jawaban Anda adalah, “cari suasana baru saja!” maka aktivitas mengubah gaya rambut, apapun alasanya, dapat dipandang sebagai tindakan sosial. Kenapa demikian? Apapun alasan Anda, tetap akan berujung pada keberadaan kaitan dengan orang lain atau dikenal dengan konsep sosial. Oleh sebab itu, tindakan Anda yang memiliki makna subjektif, seperti “cari suasana baru saja”! agar ada sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya dalam kaitannya dengan orang lain. Inilah dimensi sosial dari suatu tindakan subjektif.[4]
Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi rasional tetapi terdapat berbagai tindan nonrasional yang dilakukan oleh orang, termasuk dalam tindakan orang dalam kaitanya dengan bernagai aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi. Weber menemukan empat tipe dari tindakan sosial, yaitu:
a.       Tindakan rasional instrumental (intrumentally rational action), yaitu suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam kaitanya dengan tujuan suatu tindakan dan alat yang dipakai untuk meraih tujuan yang ada. Misalnya kenapa para pengusaha banyak menjadi calon anggota legislatif ? ternyarta dari pengalaman hidup para pengusaha dalam dunia bisnis, kehidupan mereka tidak bisa dilepas dari dunia polotikl. Oleh sebab itu, mengombinasikan dua aspek kehidupan, yaitu bisnis dan politik, merupakan usaha untuk strategi untuk meraih kesempatan (didalamnya terdapat keuntungan material) yang lebih besar dari dibandingkan jika hanya berbisnis saja. Tindakan pengusaha tersebut dapat dipandang sebagai tindakan rasional instrumental, karena mempertimbangkan antara tujuan yang ingin dicapai (keuntungan material yang lebih besar) dan alat yang dugunakan untuk mencapai tujuan (berbisnis sambil berpolitik) tersebut.
b.      Tindakan rasional nila (value rational action), yaitu tindakan yang dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan nilai akhir bagi individu, yang dipertimbangkan secara sadar adalah alat mencapai tujuan. Memberi infak dan sedekah dikalangan umat islam, misalnya dapat dilihat sebagai tindakan rasional nilai. Menjadi hamba Allah yang diridhai dan meraih surga diakhirat kelak merupakan tujuan yang beriontasi kepada nilai akhir. Plihan pemberi infak dan sedekah sebanyak mungkin sebagai alat untuk meraih tujuan yang beriontasi kepada nilai absolut dan nilai akhir tersebut tidak bisa dinilai apakah lebih efisien dan efektif dibandingkan mengerjakan shalat sunnah, misalnya. Mungkin ada baiknya dilanjutkan dengan contoh lain.untuk hidup Anda jelas membutuhkan suatu pekerjaan, apakah anda mencarinya atau membuat sendiri. Itu salah satu tujuan Anda. Namun tidak semua pekerjaan mau Anda lakukan. Kenapa? Sebab Anda memilki nilai normal yang menjadi patokan atau rujukan Anda dalam melakukan sesuatu, termasuk dalam hal pekerjaan. Oleh karena itu, Anda tidak akan bekerja dalam perjudian dan protitusi, misalnya, meskipun pendapatan yang akan dioeroleh relatif besar. Jadi, tindakan tyersebut dipandang sebagai tindakan rasional nilai.
c.       Tindakan efektif (affectual action) yaitu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Misalnya, tindakan-tindakan yang dilakukan karena cinta, marah, takut, gembira sering sering terjadi tanpa diikuti dengan pertimbangan rasional, logis, dan ideologis. Ketika dua anak manusia berlainan jenis sedang dilanda badai asmara, mislanya, yang menyebabkan mereka mengalami “mabuk cinta”. Tidak jarang mereka melakukan suatu tindakan yang tidak rasional dan logis, sehingga seolah-olah merasakan “tahi gigi rasa coklat”. [5]
d. Tindakan tradisonal (traditional action), yaitu tindakan yang karena biasaan atau tradisi. Tindakan tersebut dilakukan tanpa refleksi yang sadar dan perencanaan. Apa bila ditanyakan kenapa hal tersebut dilakukan? Jawaban yang diberikan karena nenek moyang mereka telah telah melakukannya semenjak dahulu kala. Oleh karena itu, tradisi ini harus dilanjutkan, kata pelaku tindakan tradisional. Jika ditanyakan kepada para aktivis mahasiswa, sebagai suatu contoh, kenapa mereka masih planco terhadap mahasiswa baru? Jawaban mereka adalah ini sudah jadi tradisi mahasiswa. Alasan untuk menciptakan keakraban yang dilontarkan mahasiswa untuk menopang alasan tradisi sering dipatahkan oleh argumentasi bahwa secara sosiologi dan psikologi manusia cenderung untuk berteman. Oleh sebab itu, tidakpun ada planco, mahasiswa junior akan berusaha berteman dengan seniornya. Lagi pula kenapa harus dengan pemaksaan jika tujuanya untuk menciptakan hubungan antara senior dan junior?



          C.     Teori Dan Konsep
max weber menulis berbagai macam aspek sosial, politik, agama, ekonomi, dan budaya dari kehidupan masyarakat, sehingga weber dikenal memiliki sepktrum teoritis yang sangat luas, yaitu: tesis perkembangan kapitalisme, tipologiotoritas, tipologi tindakan ekonomi, tipe ideal birokrasi, perubahan sosial, stratifikasi sosial, dan tentang Agama.
1.      Tesis perkembangan kapitalisme
Dalam The Protestant Ethic and The spirit of Capitalism, weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakan oleh dokrin calvisme, yaitu dokrin tentang takdir. Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa Tuhan telah memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu dokrin tersebut menegaskan bahwa tidak seorangpun yang dapat mengetahui apakah dia termasuk salah seorangpun yang terpilih. Dalam kondisi seperti ini weber, pemeluk Calvinisme mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah orang harus berfikir bahwa seorang tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh karena itu, keberhasilan adalah tanda keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan, seoarang harus melakukan aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi dan politik, yang dilandasi oleh disiplin dan bersahaja, menjauhi kehidupan bersenga-senang, yang didorong oleh ajarang keagamaan.[6] Aktivitas kehidupan itu sendiri, dalam bahasa Jerman dikenal dengan Beruf, memiliki dua makna. Pertama Beruf bermakna pekerjaan, yaitu suatu aktivitas untuk dapat bertahan dalam kehidupan. Kedua, beruf memiliki arti sebagai panggilan (calling), yaitu suatu panggilan ilahiah, suatu panggilan suci dari sang mahakuasa. Dalam perspektif ini, oleh karena itu, orang melakukan pekerjaannya dengan sesunggugnya, semaksimal yang mungkin dia lakukan dalam berbagai dimensi (efektifitas, efisien, rasional, dan bertanggung jawab dalam menggunakan waktu, ruang, dan sumber daya).
2.      Tentang Agama
Teori weber tentang Agama tidak hanya membahas antara Etika
Protestan dan semangat kapitalisme, seperti salah satu judul bukunya, tetapi juga berbagai dikrin, ajaran, dan fenomena kegamaan lain seperti Buddha, Hindu, Kong HUCU, Islam dan Yahudi, seperti yang dijelaskan dalam Sosiologi Agama. Salah satu fenomena yang menarik oleh weber adalah bagaimana hubungan antara tuhan, ahli magis (shaman/dukun), dan ahli agama (pendeta). Hubungan tersebut, secara tidak langsung, menjelaskan tentang sejarah perkembangan agama dalam masyarakat. Perilaku atau pandangan tentang agama atau magis dalam tahap permulaan (alemeter), dipandang weber, sebagai rangkaian perilaku keseharian yang memiliki tujuan, yang ujungnya adalah ekonomi. Misalnya kegiatan persembahan, sesajen, atau kegiatan ritual keagamaan yang lainya, biasanya berhubungan dengan permintaan akan keselamatan dari berbagai gangguan kesehatan, hasil buruan yang banyak, tangkapan ikan yang melimpah, panenan yang menumpuk, dan sebagainya. Pada masa ini diperlukan ahli magis, yaitu orang yang dipandang memiliki kekuatan yang luar biasa, dianugerahi suatu karisma.[7]
3.      Tipologi otoritas
Tindakan sosial dari berbagai indidvidu mengontruksi suatu bangunan dasar bagi struktur-struktur sosial yang lebih besar, salah satunya adalah kewenangan (Herrcshaft/otoritas). Kontruksi bangunan kewenangan, oleh karena itu, tidak bisa dilepaskan dari berbagai tipe tindakan sosial yang ada. Suatu tindakan sosial bisa mengonstruksi suatu bentuk kewenangan tertentu. Tindakan sosial rasional instrumental, misalnya, bisa mengontruksi kewenangan yang bersifat legal-rasional.
Berbeda dengan jumalah fari tipe tindakan sosial, Weber membangun tipologi kewenagan dengan tipe, yaitu:
a.       Kewenangan tradisional, yaitu kewenangan yang didasarkan atas traidisi, kebiasaan, kekudusan aturan atau dan kekuatan zaman dahulu. Contohnya pada masyarakat minangkabau, mislnya, seoarang penghulu, secara adat, didahulukam selangkah dan ditinggikan seranting, sehingga jarak antara pemimpin (penghulu) dengan yang dipimpin (kemenakan) relatif dekat.
b.      Kewenangan karismatik, yaitu kewenagan yang diperoleh seorang karena dipandang memilik kualitas kepribadian individu yang extraordinary (luar biasa) dan diperlukan sebagai orang yang dianugerahi kekuatan-kekuatan dan kualitas supernatural (adiduniawi), superhumen (adiinsani), dan exceptional (pengecualian). Presiden soekarno, misalnya, dipandang oleh sebagian masyarakat Indonesia memiliki kewenangan karismatik karena dia memiliki suatu kualitas pribadi yang tidak dimiliki oleh orang yang pada zamanya.
c.       Kewenangan legal-rasional, yaitu kewenangan didasarkan atas komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal. Seorang bupati dituruti dan dihormati perintahnya, sebagai suatu contoh, oleh seluruh pegawai negeri sipil (PNS) disuatu pemerintahan daerah karena aturan perundanfan. Apabila masa jabatannya berakhir, maka berakhir pula kewenangan yang dimilikinya.
4.      Tipologi Tindakan Ekonomi
Dalam Economy and Society ([1922] 1978), weber telah memberikan landasan kukuh bagi perkembangan sosiologi ekonomi dengan menetapkan garis pemisah atara ekonomi dan sosiologi ekonomi dengan mengajukan tiga unsur:[8]
a.       Tindakan ekonomi adalah sosial.
b.      Tindakan ekonomi selalu melibatkan makna.
c.       Tindakan ekonomi selalu memperhatikan kekuasaan.
Didalam ekonomi, aktor diamsumsikan mempunyai seperangkat pilihan dan referensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang yang dilakukan oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) dan keuntungan (perusahaan). Tindakan tersebut dipandang rasional secara ekonomi. Adapun sosiologi melihat beberapa kemungkinan tipe tindakan ekonomi. Kembali pada weber ([1922] 1978: 63-69) dia telah membuat tipologi tindakan ekonomi, yaitu tindakan ekonomi rasional, tindakan ekonimi tradisional, tindakan ekonomi tradisional, dan tindakan ekonomi spekulatif-irasional.
5.      Tipe Ideal Birokrasi
Webar juga melihat bagaimana tipe tindakan sosial tertentu memengaruhi suatu administrasi organisasi. Weber menemukan administrasi organisasi tradisional tidak efisien, boros, dan tidak rasional. Oleh karena itu, weber mengusulkan suatu tipe ideal untuk administrasi organisasi (birokrasi) agar mencapai tingkat efisien dan efektifitas yang lebih tinggi yang dilandasi pada tindakan legal-rasional.
6.      Teorin perubahan sosial.
Teori peruahan sosial dari max weber bersifat linear, yaitu dari masyarakat agraris menuju masyarakat kapitalis, weber membuat tipologi dikatomis dalam perkembangan masyarakat yang didasarkan atas enam dimensi, yaitu;
a.       Bentuk kepemilikan
b.      Mekanisme
c.       Ciri tenaga kerja
d.      Pasar
e.       Hukum yang berlaku
f.       Motivasi utama
7.      Startifikasi sosial
Weber tidak setuju dengan marx yang meletakkan dasar stratifiksi sosial atas landasan kepemilikan semata. Weber melihat bahwa kepemilikan hanyalah suatu bagian saja dari keseluruhan gambaran stratifikasi dalam masyarakat. Oleh sebab itu, weber mengusulkan kelas (class), kelompok status (status group) dan partai (party) sebagai landasan bagi pembedaan tiga jenis stratifikasi sosil.[9]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Weber dilahirkan di Erfurt, Jerman,12 April 1864, berasal dari keluarga kelas menegah, perbedaan penting antara kedua orang tuanya berpengaruh besar terhadp intelektual dan perkembangganya psikologi weber. Ayahnya seorang birokrat yang kedudukan politiknya relatif penting, dan menjadi bagian darim kekuasaan politik yang mapan dan sebagai akibatnya menjauhkan diri dari setiap aktivitas dan idealisme yang memerlukan pengorbanan pribadi atau dapat menimbulkan acaman terhadap kedudukanya dalam sistem, lagipula sang ayah seorang yang menyukai kesenagan duniawi dan dalam hal ini, juga dalam berbagai hal lainya, ia bertolak belakang dengan istrinya.
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau makna (mearning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Untuk memahami batasan konsep tindakan sosial ada baiknya kita mengingat kembali pelajaran melalui contoh, yaitu kasus Anton melempar batu kesungai dengan maksud agar Hendri melihatnya. Jika contoh tersebut masih belum memberikan suatu pemahaman, maka ada baiknya didiskusikan contoh lain. Katanlah Anda seorang pria, biasanya dipandang tidak sebagai pesolek. Ketika gaya rambut Anda berubah, dari sisiran kesamping, dikenal sebagai batle,menjadi belah tengah, membuat sahabat Anda memberikan bermacam kementar. Jawaban Anda adalah, “cari suasana baru saja!” maka aktivitas mengubah gaya rambut, apapun alasanya, dapat dipandang sebagai tindakan sosial. Kenapa demikian? Apapun alasan Anda, tetap akan berujung pada keberadaan kaitan dengan orang lain atau dikenal dengan konsep sosial. Oleh sebab itu, tindakan Anda yang memiliki makna subjektif, seperti “cari suasana baru saja”! agar ada sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya dalam kaitannya dengan orang lain. Inilah dimensi sosial dari suatu tindakan subjektif.
max weber menulis berbagai macam aspek sosial, politik, agama, ekonomi, dan budaya dari kehidupan masyarakat, sehingga weber dikenal memiliki sepktrum teoritis yang sangat luas, yaitu: tesis perkembangan kapitalisme, tipologiotoritas, tipologi tindakan ekonomi, tipe ideal birokrasi, perubahan sosial, stratifikasi sosial, dan tentang Agama.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan diantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang kurang detail. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini. 

       DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Yesmil. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama, 2013
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group, 2015
soekanto, Soerjono. sosiologi suatu pengantar. jakarta: PT raja grafido persada, 2013
Beilharz, Peter. Teori-Teori Sosial. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005
maliki, Zainudin. Teori sosial modern. yogjakarta: gadjah mada university press, 2012


[1] Yesmil Anwar, Sosiologi Untuk Universitas. (Bandung: PT Refika Aditama, 2013) Hlm: 141
[2] Ibid 142                                                                                                                                                              
[3] Damsar, Pengantar Teori Sosiologi. (Jakarta: Prenada Media Group, 2015) Hlm: 116
[4] Soerjono soekanto, sosiologi suatu pengantar. (jakarta: PT raja grafido persada, 2013) hlm: 98
[5] Ibid 99
[6] Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial. (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Hlm: 370
[7] Ibid 371
[8] Ibid 372
[9]Zainudin maliki, Teori sosial modern. (yogjakarta: gadjah mada university press, 2012). Hlm: 283

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel