Makalah Studi Islam di Barat dan Tendensi dan Karakteristik Studi Islam di Negara Barat (Kanada, Spanyol, Dll)

Kajian tentang keislaman di Barat sudah ada sejak Abad ke-19, yaitu ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Memang pada mulanya, kajian Islam di Barat dipelopori oleh para ahli ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau ditarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat-lslam dimulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di Perancis beroperasi gencar mempelajari karya-karya sarjana Islam universitas yang menjadi cikal bakal Universitas Paris-Sorbonne seperti karya para filosof seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibn Rusyd dan muslim lainnya.
Sehingga mereka membentuk sebuah kelompok studi yang disebut sebagai Averroisme. Tentu saja, kajian keislaman pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman Barat pada masa modern. Dulu, kajian-kajian keislaman dilebih fokuskan kepada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh akademisi Barat pada awal-awal Renaissance yang merupakan karya-karya para filosof dan saintis Muslim
BAB I
PENDAHULAN
A.      Latar Belakang
Dewasa ini, dunia Barat telah mencapai kemajuan yang pesat terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Barat dianggap mampu menyajikan berbagai temuan baru secara dinamis dan varian, sehingga memberikan kontribusi yang besar terhadap science dan teknologi modern saat ini. Namun demikian, meskipun Barat sekarang ini dianggap maju, fakta sejarah menunjukkan bahwa kemajuan yang mereka peroleh tidak terlepas dari perkembangan intelektual yang begitu pesat pada masa sebelumnya, yakni masa-masa kejayaan dunia Islam. Ketika itu dunia Barat masih berada pada masa kegelapan akibat doktrin gereja. Sementara itu, di belahan Timur umat Islam telah membentuk suatu peradaban gemilang yang dilatar belakangi oleh semangat ilmiah yang berkembang dengan pesat.
Kemajuan yang diperoleh umat Islam pada saat itu juga dirasakan oleh masyarakat non Muslim, termasuk dunia Barat. Namun, seiring dengan kemunduran yang dialami oleh umat Islam di abad pertengahan, sentuhan dunia Islam dengan dunia Barat ini pada akhirnya memunculkan transformasi intelektual dari dunia Islam ke dunia Barat, sehingga melahirkan gerakan renaissance, reformasi, rasionalisme dan aufklarung di dunia Barat. Dengan demikian, kemajuan science dan teknologi serta semangat inteltualisme yang berkembang begitu pesat di Barat pada saat ini, tidak terlepas dari kontribusi kemajuan umat Islam pada masa sebelumnya.

B.       Rumusan Masalah
1.    Pada abad keberapakah kajian tentang keislaman di Barat sudah ada?
2.    Apa saja pendekatan yang dilakukan dalam studi Barat?
3.    Apa saja tujuan Studi Islam di Kanada?

C.      Tujuan
Melalui makalah ini, kami berharap dapat berbagi pengetahuan tentang Pengantar Studi Islam di Barat sehingga bisa menambah wawasan kita .

BAB II
PEMBAHASAN
A.      STUDI  ISLAM DI NEGARA BARAT
Kajian tentang keislaman di Barat sudah ada sejak Abad ke-19, yaitu ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Memang pada mulanya, kajian Islam di Barat dipelopori oleh para ahli ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau ditarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat-lslam dimulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di Perancis beroperasi gencar mempelajari karya-karya sarjana Islam universitas yang menjadi cikal bakal Universitas Paris-Sorbonne seperti karya para filosof seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibn Rusyd dan muslim lainnya. Sehingga mereka membentuk sebuah kelompok studi yang disebut sebagai Averroisme. Tentu saja, kajian keislaman pada waktu itu berbeda dengan kajian keislaman Barat pada masa modern. Dulu, kajian-kajian keislaman dilebih fokuskan kepada bidang filsafat dan ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh akademisi Barat pada awal-awal Renaissance yang merupakan karya-karya para filosof dan saintis Muslim.[1]
Kita ketahui terlebih dahulu tentang perbedaan mendasar tradisi kejayaan islam di Timur dan di Barat (Islam) yaitu terletak pada pendekatan yang digunakan. Di Timur, pendekatan yang digunakan lebih berorientasi pada penguasaan substansi materi dan penguasaan atas khazanah keislaman klasik. Adapun di Barat (Islamic studies), kajiannya lebih berorientasi pada Islam sebagai realitas atau fenomina sosial, yakni Islam yang telah menyejarah, meruang dan mewaktu.[2]

B.        TENDENSI DAN KARAKTERISTIK STUDI ISLAM DI BARAT
Secara umum, kajian Islam di Barat pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
        1.      Menggunakan metode-metode ilmu yang masuk dalam kelompok humanities, seperti filsafat, filologi, dan sejarah.
        2.      Menggunakan metode dalam disiplin ilmu teologi, studi bibel dan sejarah gereja dalam mengkaji Islam. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh para orientalis calon misionaris.
        3.      Menggunakan metodologi ilmu sosial, seperti antropologi, sosiologi dan ilmu politik.
       4.      Menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan, pusat-pusat, atau hanya commmitee untuk area studies.[3]
Menguatnya pemikiran dan sikap bersahabat di kalangan orientalis tersebut telah menimbulkan kesan simpatik, saleh-alim, pro-Islam pada benak dan alam sadar kaum muslim. Kondisi yang sedemikian, menyebabkan kalangan Islam juga bersahabat bahkan sangat menghormatinya sehingga mereka oleh kalangan yang pernah belajar Islam di universitas-universitas Barat diakui otoritas dan kredibilitas dalam akademisnya sehingga dijunjung tinggi, bahkan mereka diberi label sebagai “kiai” atau “kiyai bule”.[4]
Pada dasarnya Studi Islam dan Sains Islam ada perbedaan dan persamaan. Persamaan studi dan sains adalah sama-sama objek kajiannya adalah ilmu pengetahuan agama. Sedangkan perbedaannya, Studi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedangkan Sains Islam adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran, astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas arahan nilai-nilai islami.[5]

C.    ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
      1.      Masuknya Islam Ke Spanyol
Umat Islam menduduki Spanyol pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, uamat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan Ibn Nu’man Al-Ghassani menjadi Gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, ke khalifaan Hasan Ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa Ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan sampai mejadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yakni mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).[6]
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin pasukan-pasukan ke sana, mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat disebut juga sebagai perintis dan penyidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang 500 orang, di antaranya tentara berkuda. Mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.[7]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat islam nampak begitu. Hal ini tidak dipisahkan dari adanya faktor internnal dan eksternal yang menguntunkan. Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa. Tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sedangkan faktor eksternalnya adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik dan ekonomi wilayah tersebut yang berada dalam keadaan menyedihkan.
      2.      Perkembangan Islam Di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatunya kerajaan Islam disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar yang berlangsung selama tujuh setengah abad. Sepanjang panjang tersebut dilalui umat Islam di Spanyol itu dibagi dalam enam periode, yaitu:
I.          Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pimpinan para wali kerajaan yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Namun pada periode ini stabilitas politik  negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, ada beberapa gangguan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H / 755 M.
II.       Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu di pegang oleh Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama adalah Abdurrahman I, masuk ke Spanyol  pada tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil. Ia berhasil mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd Al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al-Rahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini umat Islam Spanyol memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
III.    Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa yang bergelar khalifah, penggunaan gelar tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia di bunuh oleh pengawalnya sendiri. Ia berpendapat bahwa saat itulah yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khlifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, diantaranya Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dari kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan Universitas Cordova.
Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan saingannya. Atas keberhasilannya ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al-Muzaffar, yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan, beliau wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, dewan menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
IV.    Periode Keempat (1013-1086 M)
Periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
V.       Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, meskipun Spanyol Islam terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang masih domina, yaitu kekuatan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murahbithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam disana yang tengah memikul berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan orang-orang Kristen. Ia masuk ke Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Akan tetap, penguasa-penguasa setelah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa itu, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya pada tahun 1118 M. Sepeninggal dinasti ini, muncullah kembali dinasti-dinasti kecil di Spanyol, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Barulah pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini yang di didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd Al-Mun’im mulai tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim Cordova, Almeria, dan Granada jatuh kebawah kekuasannya. Dalam beberapa dekada tersebut, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas De Tolesa. Pada tahun 1235 M Muwahhidun memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara. Keadaan Spanyol kembali runyam, pada tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.
VI.    Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah pimpinan dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil saja. Kekuasaan Islam merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir, karena perselisihan orang-orang istana dalam merebut kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya tang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Issabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Issabella yang mempersatukan kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Ferdenand dan Issabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Umat islam dihadapkan dengan dua pilihan, yakni masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini. [8]

D.      Study Islam di Eropa dan Amerika
Di Eropa kajian masalah timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke-19. Di Perancis dan Inggris motivasi kajian timur tengah adalah untuk kepentingan politik, karena wilayahnya itu merupakan incaran untuk dijadikan daerah jajahan. Melalui kajian timur tengah pada abad ke-19 tentang sejarah dan bahasanya. Jika mengkaji secara orientalis, mulai perang dunia II kekuasaanya mulai pindah dari Eropa ke Amerika Serikat. Universitas-universitas di Amerika Serikat dan Kanada, jurusan Religius Studies yang meliputi kajian teks dan ekpresi tingkah laku keberagaman pada abad ke-20. Perbandingannya abad ke-19 kajiannya lebih banyak dengan cara polemik namun pada abad ke-20 membuka dialog antar satu sama lain. Islamic Studies yang dilakukan di barat menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut:
·      Metode ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori humanistis
·      Metode dalam disiplin theology
·      Metode dari displin ilmu-ilmu sosial
Di amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi sejarah Islam,bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab,sastra dan ilmu-ilmu sosial,berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA studi Islam dibagi kepada komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lain-lain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya. Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya. Selain itu, ada kewajiban menguasai secara pasif satu atau dua bahasa eropa.
Di London, studi Islam digabungkan dalam school of oriental and african studies, fakultas mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor.
Di Kanada, studi Islam bertujuan : pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahasa muslim.
Di Belanda, menurut salah satu ilmuwan disana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda sampai setelah perang dunia II, masih merupakan refleksi dari akar anggapan seperti Islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan Islam sebagai agama yang tidak patut di anut. Baru belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti apa yang tertulis dalam berbagai brosur, studi-studi Islam dibelanda lebih menekankan kepada kajian Islam di Indonesia tertentu, kurang menekankan pada aspek sejarah Islam itu sendiri.
  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kajian tentang keislaman di Barat sudah ada sejak Abad ke-19, yaitu ketika para sarjana Barat mulai tertarik mempelajari dunia Timur, khususnya dunia Islam. Memang pada mulanya, kajian Islam di Barat dipelopori oleh para Ahli ketimuran (orientalis). Bahkan, kalau ditarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan Barat-lslam dimulai sejak abad ke-13, ketika sebuah universitas di Perancis beroperasi gencar mempelajari karya-karya sarjana Islam Universitas Yang Menjadi cikal bakal Universitas Paris-Sorbonne seperti karya para filosof seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibn Rusyd Dan muslim lainnya.
Secara umum, ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kajian Islam di Barat , diantaranya:
1.      Menggunakan metode-metode ilmu yang masuk dalam kelompok humanities.
2.      Menggunakan metode dalam disiplin ilmu teologi, studi bibel dan sejarah gereja dalam mengkaji islam.
3.      Menggunakan metodologi ilmu sosial, seperti antropologi, sosiologi dan ilmu politik.
4.      Menggunakan pendekatan yang dilakukan di jurusan-jurusan, pusat-pusat, atau hanya commmitee untuk area studies.
Tujuan studi Islam di Kanada adalah: pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahasa muslim.

C.    Saran
Kami sebagai manusia biasa tentunya banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam segala hal, maka dari itu dalam pembuatan makalah ini kami memohon kepada segenap pembaca, utamanya Dosen Pengantar Studi Islam dapat mengkritik dan memberikan saran dari berbagai kesalahan yang terdapat dalam pembuatan makalah ini untuh dapat diperbaiki.


DAFTAR PUSTAKA
Anwar. Rosihon. Pengantar Studi Islam. Bandung, Pustaka Setia, 2009.
Nata. Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta, Raja Grapindo Persada, 2004.
Susanto. Edi. Dimensi Studi Islam Kontemporer. Jakarta, Prenamedia Group, 2016.
Syalabi. Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983.
http://repository.uin-malang.ac.id/1333/2/1333.pdf  di akses pada tanggal 30 Mei 2017.



[1] Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 41.
[2] Ibid, hlm 42.
[3] Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), hlm. 16-17.
[4] Ibid, hlm. 17.
[5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2004). cet. IX, hlm. 151-152.
[6] Ahmad. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), hlm. 154.
[7] Ibid, hlm. 158.
[8] http://repository.uin-malang.ac.id/1333/2/1333.pdf  di akses pada tanggal 30 Mei 2017.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel