Makalah Mutu Jasa Pendidikan, Konsep Total Quality Manajemen, Implementasi Manajemen Mutu Terpadu, dan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah
Maret 27, 2017
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan mutakhir, konsep dan
strategi baru sangat dimungkinkan terus bermunculan. Akan tetapi hanya sedikit
konsep yang mampu mendapat perhatian dan terbukti merupakan pendekatan yang
ampuh untuk mengatasi berbagai persoalan menejerial. Satu diantara konsep yang
berhasil menyita banyak perhatian para akademisi dan praktisi yaitu TQM (Total Quality Management).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang berfikir bahwa Total Qualty Menegement (TQM) hanya
menjadi urusan dunia bisnis, padahal TQM bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
yang berkecimpung dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Seiring dengan kemajuan dan
perkembangan teknologi informasi yang
semakin cepat dan mutakhir, konsep dan strategi baru sangat dimungkinkan
terus bermunculan. Akan tetapi hanya sedikit konsep yang mampu mendapat
perhatian dan terbukti merupakan pendekatan yang ampuh untuk mengatasi berbagai
persoalan menejerial. Satu diantara konsep yang berhasil menyita banyak perhatian
para akademisi dan praktisi yaitu TQM (Total
Quality Management).[1]
Manajemen peningkatan mutu
terpadu meruapakan konsep manajemen sekolah sebagai inovasi dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah yang diharapkan dapat memberikan
perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan dinamika
masyarakat dalam menjawab permasalahan-permasalahan pengelolaan pendidikan pada
tingkat sekolah. Komponen terkait untuk meningkatkan mutu tersebut ialah mutu
sekolah, guru, siswa, kurikulum, dukungan dan sarana prasarana, serta peran
orang tua siswa. Diantara komponen diatas, komponen yang paling berperan dalam
meningkatkan mutu ialah meningkatkan peran dan fungsi guru serta peran
kepemimpinan kepala sekolah agar semakin profesional dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam meningkatkan profesionalitas guru, diperlukan suatu
pendekatan pembinaan menejemen mutu
terpadu dalam pendidikannya proses dimulai dengan mengembangakan suatu visi mutu
tersebut. Kepala sekolah dan guru diharapkan mampu meningkatkan kemampuannya,
dalam emningkatkan kinerjanya sesuai dengan
bidangnya masing-masing.[2]
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutu (jasa) pendidikan?
2. Bagaiman konsep total quality manajemen?
3. Bagaimana
implementasi manajemen mutu terpadu dalam pendidikan?
4. Bagaimana
rencana pengembangan sekolah/madrasah dalam meningkatkan
mutu pendidikan?
C.
Tujuan
1.
Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan mutu (jasa)
pendidikan.
2.
Untuk menjelaskan konsep total quality manajemen.
3.
Untuk menjelasakan
implementasi manajemen mutu terpadu dalam pendidikan.
4.
Untuk menjelasakan rencana pengembangan sekolah/madrasah
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mutu (Jasa) Pendidikan
Mutu atau kualitas adalah ukuran baik buruk suatu benda.
Kadar taraf atau derajat berupa kepandaian,
kecerdasan, kecakapan dan sebagainya.
(KBBI, 1991). Sallis (200;56), menjelaskan bahwa mutu atau kualitas
adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan seseorang
atau sekelompok orang.[3]
Kata kualitas
masuk ke dalam bahasa indonesia dari bahasa inggris yaitu, quality. Kata ini sesungguhnya berasal dari bahsa latin, yaitu qualitas yang masuk ke dalam bahasa
inggris melalui bahasa Prancis kuno, yaitu qualite.
Dalam kamus-kamus lengkap (kamu kompherensif) bahasa inggris, kata itu
mempunyai banyak arti tiga diantaranya; (1) suatu sifat atau aribut yang khas
dan membuat berbeda; (2) standar tertinggi sifat kebaikan; (3) memiliki sifat
kebaikan tertinggi.[4]
Mutu juga dapat
didefinisikan sebagai totalitas keistimewaan dan karekteristik sebuah produk
atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuasakan kebutuhan yang
telah diberikan. Definisi bersifat umum yang memfokoskan pada karekteristik
dari semua prodak atau jasa yang berhubungan dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Definisi ini dimulai dan diakhiri dengan dengan karakter prodak
atau jasa. Pendidikan mutu akan menjadi satu yang karakteristiknya memenuhi
kebutuhan yang telah teridentifikasi. Dua definisi mutu ini menyarankan kontrol
eksternal mutu oleh para perancang yang tidak dikenal. Kedua definisi tersebut
juga menyarankan bahwa mutu juga berada di dalam produk atatu jasa sebagai
suatu ukuran hasil desain atau kontrol pasca produksi yang telah dipercaya.[5]
Pembicaraan pengertian atau
definisi kualitas dapat berbeda makna bagi setiap orang karena kualitas
memiliki banyak kriteria dan sangat tergantung pada konteksnsnya. Dalam
mendefinisikan kualitas ada lima pakar utama dalam TQM (Total Quality Management) yang saling berbeda pendapat tetapi
maksudnya sama.[6]
Meskipun tidak ada definisi
mengenai kualitas yang diterima secara
universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa persamaan. Artinya
dalam mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan yanng komprehensif. Ada
beberapa elemen bahwa suatu dikatakan berkualitas,[7]
yakni sebagai berikut.
1. Kualitas meliputi usaha
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang
selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkiun dianggap kurang
berkualitas pada sat yang lain).
4. Kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
Dalam Mutu Total (TQ), mutu didefinisikan sebagai setiap orang yang
merasa terikat untuk memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Definisi
tersebut mengidentifikasikan tidak hanya yang menentukan kebutuhan atau merancang spesifikasi, tetapi juga
memberi target kepada mereka yang menjanjikannya untuk memenuhi kebutuhan atau
desain. Definisi berorientasi pada manusia; ia dimulai dengan manusia dan
diakhiri dengan manusia. Mutu Total Pendidikan (TQE) akan menjadi satu dimana
setiap orang berjanji untuk melayani satu sama lain menurut persyaratan
pendidikannya maisng-masing. Definisi ini menekankan pada keluwesan desain
menurut persyaratan pelanggan, baik secara internal maupun eksternal. Ia
mendefinisikan persyaratan internal maupun eksternal manusia sebagai faktor
kendali mutu.[8]
Keberhasilan jasa
pendiidkan ditentukan dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada para
pengguna jasa pendidikan tersbut (siswa
ata mahasiswa/ peserta didik). Sebelum lebih jauh membahas mengenai kualitas
jasa pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian jasa termasuk
jasa pendidikan dari beberapa ahli sehingga kualitas jasa pendidikan yang
dimaksud dalam pembahasan ini dapat dipahami secara kompherensif.[9]
B. Konsep
Total Quality Management (TQM)
Manajemen mutu terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management
(TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMI) adalah suatu pendekatan
mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah
mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis,
praktis, dan strategis dalam menyelengarakan suatu organisasi, yang
mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan
dan mengendalikan mutu.[10]
Adapun yang dimaksud dengan Pengeloalaan Mutu Total (PMT)
pendidikan tinggi (bisa pula sekolah adalah) cara mengelola lembaga pendidikan
berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakuakan oleh
semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga
pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan, bahkan
melebihi kebutuhan patra pelanggan, baik masa kini maupun yang akan datang.[11]
Pada
dasarnya Total Quality Management
(TQM) merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbahan
partisipsi karyawan. TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang
bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada
partisipasi dan kreativitas diantra karyawan.[12]
Komponen
yang terkait dengan mutu pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Menejemen
Sekolah (1) siswa; kesiapan dan motivasi belajarnya; (2) guru; kemampuan
profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya; (3)
kurikulum; relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajarannya; (4)
sarana dan prasarana; kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses
pembelajaran; dan (5) masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan
tinggi); partisipasinya dalam
pengembangan program-program pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen
tersebut diatas menjadi fokus perhatian sekolah. Sedangkan prinsip MMT dalam
buku tersebut, yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai suatu Unit produksi.
Dalam MMT, dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan dalam
pembelajaran.[13]
Sebagai
Unit Pelayanan Jasa, yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah (1)
pelanggan internal; guruu, pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga
administrasi; (2) pelanggan eksternal terdiri atas pelanggan primer (siswa),
pelanggan skunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat) dan oelanggan tersier
(pemakai/penerima lulusan baik dari perguruan tinggi maupun dunia usaha).[14]
C. Implementasi
Menejemen Mutu Terpadu dalam Bidang Pendidikan
Dalam ajaran Total Quality Menejement (TQM).
Lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam
istilah perusahaan stakeholders yang
terbesar. Maka, suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan
strategis langkah organisasi sekolah. Tampa suasana demokratis, manajemen tidak
mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh
pihak-pihak tertentu yang sering
memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakikat pendidikan.[15]
Menejemen peeningkatan mutu madarasah berkaitan erat
dengan pembentukan madrasah yang efektif. Madarasah yang efektif mempunyai
karekteristik sebagai berikut, (1) proses belejar mengajar mempunyai
efektivitas yang tinggi, (2) kepemimpinan kepala madrsah yang kuat, (3)
lingkungan madrasah yang aman dan tertib, (4) pengelolaan tenaga pendidikan
yang efektif (5) memiliki budaya mutu, (6) memeliki team work yang kompak,
cerdas dan dinamis, (7) memiliki kewenangan (kemandirian) (8) partisipasi yang
tinggin dari warga madrasah dan masyarakat, (9) memiliki keterbukaan
(transparansi menejemen, (10) memiliki kemauan untuk berubah (baik secara
psikologis maupun fisik), (11) melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan, (12) responsif dan antisipasif terhadap kebutuhan, (13) memiliki
komunikasi yang baik, (14) memiliki akuntabilitas, (15) memiliki kemampuan
menjaga sustainabilitas.[16]
Penerapan TQM berarti pula adanya kebebasan berpendapat.
Kebebasan berpendapat akan menciptakakn iklim yang dialogis antara siswa dan
guru, antara siswa dan kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah. Singkatnya adalah kebebasan
berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pernstranferan ilmu
pengetahuan tidak lagi bersifat one way
communication, tetapi two way
communication. Proses dua arah ini merupakan bagian substabsi Total
Quality Management (TQM) dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.[17]
Sejalan dengan tuntutan nasional dan global, pendidikan
harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. SDM yang bermutu
tidak mungkin dapat diraih tanpa adanya pengendalian mutu terpadu yang
dilaksanakan melalui penerapan menejemen mutu terpadu (Total Quality Management/TQM) dalam pendidikan secara konsisten.
Untuk mencapai tujuan tersebut, TQM yang paling penting justru terjadi pada
ruang lingkup satuan pendidikan sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan, yang disebut oleh Arcoro (1995) dengan Total
Quality School (TQS). Ia menyebutkan lima pilar TQS, yaitu (1) terfokus
pada customer (pengguna jasa pendidikan), (2)
adanya keterlibatan total dari semua unsur (total
involvement), (3) adanya ukuran tertentu (standard), (4) adanya komitmen, (5), adanya perbaikan yang
berkelanjutan (continous improvement).
Kelima pilar itu dilandasi oleh empat unsur, yakni keyakinan (beliefs), kepercayan (trus), kerja sama (cooperation), dan kepemimpinan (leadership).[18]
D. Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan di sekolah atau madrasah harus
diperhatikan dan ditingkatkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Hal ini
merupakan tantangan yang harus direspons secara positif oleh lembaga pendidikan
islam. Mutu dalam bidang pendidikan meliputi mutu Input, proses, output, dan
outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu apabila siap berproses yang sesuai dengan standars minimal nasional
dalam bidang pendidikan. Prosespendidikan dapat dinyatakan bermutu apabila
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Output dinyatakan bermutu apabila hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik baik dalam bidang akademik maupun non
akademik tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap dalam dunia kerja maupun
lemabaga-lemabaga yang membutuhkan lulusan tersebut dan stakeholders merasa puas terhadap lulusan dari lembaga pendidikan
tersebut.[19]
Sekolah atau madrasah pada saat ini harus mulai berbenah
diri untuk mengahadapi tuntutan dunia global dalam mempersiapkan sumber manusia
yang berkualitas. Tuntutan dan harapan inin harus secepatnya direspon dengan
baik, agar semua pengguna jasa lembaga pendidikan menjadi puas dan memberikan
dukungan yang bauik terhadap proses pelaksanaan pendidikan yang bermutu dan
berdaya saing tinggi. Dukungan dan parsitipasi yang tinggi dari masyarakat
pengguna sekolah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pendidikan bermutu. Tanpa
dukungan dan partisipasi masyarakat, lembaga pendidikan akan menjadi sulit dan
terhambat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikannya. Peningkatan mutu ini
harus dimulai dengan komitmen yang tinggi dari seluruh civitas akademik lembaga
pendidikan dan didukung oleh masyarakat pengguna pendidikan. Komitmen yang tinggi
merupakan prasyarat pertama yang harus dimiliki oleh sekolah atau madrasah
dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.[20]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mutu atau kualitas adalah ukuran baik buruk suatu benda.
Kadar taraf atau derajat berupa kepandaian,
kecerdasan, kecakapan dan sebagainya. Dalam Mutu Total (TQ), mutu didefinisikan sebagai setiap orang yang
merasa terikat untuk memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.
Menejemen mutu terpadu yang diterjemahkan dari Total
Quality Menegement (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMI) adalah
suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu komponen terkait.
Dalam ajaran Total Quality Menejement (TQM). Lembaga
pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah
perusahaan stakeholders yang
terbesar.
Mutu pendidikan di sekolah atau madrasah harus
diperhatikan dan ditingkatkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Hal ini
merupakan tantangan yang harus direspons secara positif oleh lembaga pendidikan
islam.
B.
SARAN
Sebagai seorang
manusia tentulah mempunyai kelebihan dan kekurangan.Oleh sebab itu, dalam
memandang segala sesuatu kami sarankan agar dengan hati yang jernih sehingga
mudah bagi kita menerima kebenaran.Karena segala sesuatu mempunyai manfaat.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami masih
mengharapkan banyak masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Eti
Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm. 96.
[2] Sri
Minarti, Manajemen Sekolah( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 321.
[3] Onisimus
Omtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah ( Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 118.
[4] Sri Minarti, Manajemen
Sekolah ( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 325.
[5] Veithzal
Rival, Total Quality Management For
Education (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 490.
[6] Sri
Minarti, Manajemen Sekolah( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 325.
[7] Ibid.327.
[8] Ibid.491.
[9] Eti
Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm. 96.
[10] Sri
Minarti, Manajemen Sekolah( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 326.
[11] Ibid.
[12] Veithzal
Rival, Total Quality Management For Education
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 478.
[13] Sri
Minarti, Manajemen Sekolah( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 354.
[14] Ibid. 355.
[15] Ibid. 342.
[16] Prim
Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 129.
[17] Sri
Minarti, Manajemen Sekolah( Jogjakarta: Ar-Russ Media, 2011), hlm. 342.
[18] Eti
Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara,
2005), hlm. 54
[19] Prim
Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 135.
[20] Ibid. 136.